Saturday, July 31, 2010

Cerita Menarik utk Renungan....

Seorang Murabbi mendapati mutarabbinya telah mulai menjauhkan diri daripada usrah, katibah dsb. Bila ditanya kenapa? Disebabkan 'bisnes'....! Bisnesnya telah maju dan mulai sibuk menguruskannya saban hari.Tiada lagi ruang untuk menumpukan kepada perkara lain kerana bimbang bisnesnya akan terjejas. Siang dan malam dia akan pastikan semua urusan bisnesnya berjalan lancar.Waktu siang dihabiskan untuk mengawal selia marketnya yang begitu sibuk dengan pelanggan yang berpusu-pusu datang hingga lewat malam, sedangkan waktu malam pula diuntukkan bagi mengemaskini wang yang diperolehi di siang harinya. Begitulah sepanjang-panjang hari dalam seminggu dan bulan.

Murabbinya lantas menziarahinya ke tempat bisnes. Dia menyambut dengan baik tetapi diselaputi kerisauan yang mendalam, bimbang akan ditanya perihalnya dengan dakwahnya. Akhirnya dia berterus terang saja dengan memberi alasan bahawa dia tidak mampu untuk membiarkan urusan bisnesnya diurus oleh pekerja-pekerjanya tanpa pemantauan daripadanya sendiri. Dia perlu sentiasa bersama pekerja-pekerjanya pada setiap masa.

Murabbi yang bijaksana telah bertanya..."Sedang saudara memantau pekerja-pekerja saudara keluar masuk melaksanakan kerja mengikut yang disuruh, tiba-tiba perut saudara sakit dan perlu segera ke toilet bagi melegakannya; apa yang saudara akan lakukan?" Dia menjawab sudah tentu saya akan ke toilet dengan segera kerana itu adalah keperluan mendesak yang tidak boleh dikompromi.....makruuf yang akhi...

Murabbinya lantas menyatakan: "Kalau demikian halnya, saudara telah menjadikan amal dakwah ini kurang pentingnya berbanding urusan saudara ke toilet...Ke toilet saudara kata penting dan perlu...kerananya bisnes mesti ditinggalkan. Tahukah saudara yang selama ini saudara telah meletakkan amal dakwah ini lebih rendah daripada martabat urusan saudara ke bilik air/tandas????"

Dengan jawapan Murabbinya, dia insaf dan kembali meletakkan dakwahnya di tempatnya yang paling tinggi dalam hidupnya. Sejak hari itu dia tidak lagi menguzurkan dirinya daripada menghadirkan dirinya ke program-program dakwah dan tarbiahnya....

Semoga ia menjadi pengajaran bagi kita semua insyaAllah...

Monday, July 26, 2010

PANDUAN PUASA RAMADHAN Oleh: Ustadz Abu Rasyid

MUQADDIMAH



Artinya: Diriwayatkan dari Anas ra. ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Apabila ada sesuatu dari urusan duniamu, maka kamu lebih tahu tentang hal itu. Jika ada urusan dienmu, maka akulah tempat kembalinya ( ikuti aku ). ( H.R Ahmad).



Artinya : Dirwayatkan dari 'Aisyah ra : Rasulullah saw. telah bersabda : Barangsiapa melakukan perbuatan yang bukan perintah kami, maka ia tertolak ( tidak diterima). Dan dalam riwayat lain: Barangsiapa yang mengada-adakan dalam perintah kami ini yang bukan dari padanya, maka ia tertolak. Sementara dalam riwayat lain : Barangsiapa yang berbuat sesuatu urusan yang lain daripada perintah kami, maka ia tertolak.
(HR.Ahmad. Bukhary dan Abu Dawud).



Kandungan dua hadits shahih di atas menerangkan dengan jelas dan tegas bahwa segala perbuatan, amalan-amalan yang hubungannya dengan dien/syari'at terutama dalam masalah ubudiyah wajib menurut panduan dan petunjuk yang telah digariskan oleh Rasulullah saw. Tidak boleh ditambah dan/atau dikurangi meskipun menurut fikiran seolah-olah lebih baik. Diantara cara syaitan menggoda ummat Islam ialah membisikkan suatu tambahan dalam urusan Dien. Sayangnya, perkara ini dianggap soal sepele, enteng dan remeh. Padahal perbuatan seperti itu adalah merupakan suatu kerusakan yang amat fatal dan berbahaya.



Sabda Rasul saw. :

"Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, katanya : Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. berkhutbah kepada manusia pada waktu haji Wada' . Maka beliau bersabda : Sesungguhnya Syaithan telah berputus asa ( dalam berusaha ) agar ia disembah di bumimu ini. Tetapi ia ridha apabila ( bisikannya) ditaati dalam hal selain itu; yakni suatu amalan yang kamu anggap remeh dari amalan-amalan kamu, berhati-hatilah kamu sekalian. Sesungguhnya aku telah meninggalkan untukmu , yangjika kamu berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat selama-lamanya. Yaitu: Kitab Allah dan sunnah NabiNya. " ( HR. Hakim ).



Dengan demikian dapat difahami bagaimana Rasulullah saw. mengingatkan kita agar selalu waspada terhadap provokasi setan untuk beramal dengan menyalahi tuntunan Nabi sekalipun hal itu nampak remeh. "Diriwayatkan dari Ghudwahaif bin Al-Harits ra: ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Setiap suatu kaum mengadakan Bid'ah, pasti saat itu diangkat (dihilangkan ) sunnah semisalnya. Maka berpegang teguh kepda sunnah itu lebih baik daripada mengadakan bid'ah" ( HR. Ahmad ).



Jadi, ketika amalan bid'ah ditimbulkan betapapun kecilnya, maka pada saat yang sama Sunnah telah dimusnahkan. Pada akhirnya lama kelamaan yang nampak dalam dien ini hanyalah perkara bid'ah sedangkan yang Sunnah dan original telah tertutup. Pada saat itulah ummat Islam akan menjadi lemah dan dikuasai musuh.

Insya Allah tak lama lagi kita akan menyambut kedatangan Ramadhan,dalam bulan yang penuh berkat ini kita diwajibkan menjalankan ibadah puasa Ramadhan

sebulan penuh , yang mana hal tersebut merupakan salah satu bagian dari rukun Islam. Karenanya hal tersebut amat penting. Berkaitan dengan hal diatas, maka kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menunaikan ibadah puasa ini sesempurna mungkin , benar-benar bebas dari bid'ah sesuai dengan panduan yang telah digariskan oleh Rasulullah saw.



Untuk keperluan itulah dalam risalah yang sederhana ini diterangkan beberapa hal yang berkaitan dengan amaliah puasa Ramadhan, zakat fithrah, dan Shalat 'Ied

berdasarkan Nash-nash yang Shariih ( jelas ). Dalil - dalil dan KESIMPULAN dibuat agar mudah difahami antara hubungan amal dengan dalilnya. Dan -tak ada gading yang tak retak- kata pepatah, sudah barang tentu risalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk menuju kesempurnaannya bantuan dari pemakai amat diharapkan. Semoga risalah ini diterima oleh Allah sebagai Amal Shalih yang bermanfaat terutama di akhirat nanti. Amien.



I. MASYRU'IYAT DAN MATLAMAT PUASA RAMADHAN.



1. "Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa "( QS Al-Baqarah : 183 ).



2. "Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dengan yang bathil ), karena itu barangsiapa diantara kamu menyaksikan (masuknya bulan ini ), maka hendaklah ia puasa... " ( Al-Baqarah

: 185).



3. " Telah bersabda Rasulullah saw. : Islam didirikan di atas lima perkara: Bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad ituadalah

utusan Allah. Mendirikan Shalat Mengeluarkan Zakat puasa di bulan Ramadhan Menunaikan haji ke Ka'bah. ( HR.Bukhari Muslim ).



4. "Diriwayatkan dari Thalhah bin ' Ubaidillah ra. : bahwa sesungguhnya ada seorang bertanya kepada Nabi saw. : ia berkata : Wahai Rasulullah beritakan

kepadaku puasa yang diwajibkan oleh Allah atas diriku. Beliau bersabda : puasa Ramadhan. Lalu orang itu bertanya lagi : Adakah puasa lain yang diwajibkan atas

diriku ?. Beliau bersabda : tidak ada, kecuali bila engkau puasa Sunnah. ".



KESIMPULAN : Dari ayat-ayat dan hadits-hadits diatas, kita dapat mengambil pelajaran :



1. puasa Ramadhan hukumnya Fardu ‘Ain ( dalil 1, 2, 3 dan 4 ).

2. puasa Ramadhan disyari'atkan bertujuan untuk menyempurnakan ketaqwaan (dalil no 1).





II. KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN DAN KEUTAMAAN BERAMAL DIDALAMNYA



1. Artinya : Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra: Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda : Ketika datang bulan Ramadhan: Sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkat, diwajibkan atas kamu untuk puasa, dalam bulan ini pintu Jannah dibuka, pintu Neraka ditutup, Setan- Setan dibelenggu. Dalam bulan ini ada suatu malam yang nilanya sama dengan seribu bulan, maka barangsiapa diharamkan kebaikannya ( tidak beramal baik didalamnya), sungguh telah diharamkan (tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti di bulan ini). ( HR. Ahmad, Nasai dan Baihaqy. Hadits Shahih Ligwahairihi).



2. "Diriwayatkan dari Urfujah, ia berkata : Aku berada di tempat 'Uqbah bin Furqad, maka masuklah ke tempat kami seorang dari Sahabat Nabi saw. ketika Utbah

melihatnya ia merasa takut padanya, maka ia diam. Ia berkata: maka ia menerangkan tentang puasa Ramadhan ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda tentang bulan Ramadhan: Di bulan Ramadhan ditutup seluruh pintu Neraka, dibuka seluruh pintu Jannah, dan dalam bulan ini Setan dibelenggu. Selanjutnya ia berkata : Dan dalam bulan ini ada malaikat yang selalu menyeru : Wahai orang yang selalu mencari/ beramal kebaikan bergembiralah anda, dan wahai orang-orang yang mencari/berbuat kejelekan berhentilah ( dari perbuatan jahat) . Seruan ini terus didengungkan sampai akhir bulan Ramadhan." (Riwayat Ahmad dan Nasai )



3. " Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. Sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda : Shalat Lima waktu, Shalat Jum'at sampai Shalat Jum'at berikutnya, puasa Ramadhan sampai puasa Ramadhan berikutnya, adalah menutup dosa-dosa (kecil) yang diperbuat diantara keduanya, bila dosa-dosa besar dijauhi." ( H.R.Muslim)



4. "Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru, bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda: puasa dan Qur'an itu memintakan syafa’at seseorang hamba di hari

Kiamat nanti. puasa berkata : Wahai Rabbku,aku telah mencegah dia memakan makanan dan menyalurkan syahwatnya di siang hari, maka berilah aku hak untuk

memintakan syafa'at baginya. Dan berkata pula AL-Qur'an : Wahai Rabbku aku telah mencegah dia tidur di malam hari ( karena membacaku ), maka berilah aku

hak untuk memintakan syafaat baginya. Maka keduanya diberi hak untuk memmintakan syafaat." ( H.R. Ahmad, Hadits Hasan).



5. "Diriwayatkan dari Sahal bin Sa'ad : Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda : bahwa sesungguhnya bagi Jannah itu ada sebuah pintu yang disebut " Rayyaan".

Pada hari kiamat dikatakan : Dimana orang yang puasa? ( untuk masuk Jannah melalui pintu itu), jika yang terakhir diantara mereka sudah memasuki pintu itu,

maka ditutuplah pintu itu." (HR. Bukhary Muslim).



6. Rasulullah saw. bersabda : Barangsiapa puasa Ramadhan karena beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang sekarang ( HR.Bukhary

Muslim).



KESIMPULAN : Kesemua Hadits di atas memberi pelajaran kepada kita, tentang keutamaan bulan Ramadhan dan keutamaan beramal didalamnya, diantaranya :



1. Bulan Ramadhan adalah:

* Bulan yang penuh Barakah.
* Pada bulan ini pintu Jannah dibuka dan pintu neraka ditutup.
* Pada bulan ini Setan-Setan dibelenggu.
* Dalam bulan ini ada satu malam yang keutamaan beramal didalamnya lebih baik daripada beramal seribu bulan di bulan lain, yakni malam LAILATUL QADR.
* Pada bulan ini setiap hari ada malaikat yang menyeru menasehati siapa yang berbuat baik agar bergembira dan yang berbuat ma'shiyat agar menahan diri. (dalil 1 & 2).



2. Keutamaan beramal di bulan Ramadhan antara lain :

* Amal itu dapat menutup dosa-dosa kecil antara setelah Ramadhan yang lewat sampai dengan Ramadhan berikutnya.
* Menjadikan bulan Ramadhan memintakan syafaa't.
* Khusus bagi yang puasa disediakan pintu khusus yang bernama Rayyaan untuk memasuki Jannah. ( dalil 3, 4, 5 dan 6).


III. CARA MENETAPKAN AWAL DAN AKHIR BULAN



1. "Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. beliau berkata : Manusia sama melihat Hilal (bulan sabit), maka akupun mengabarkan hal itu kepada Rasululullah saw. Saya

katakan : sesungguhnya saya telah melihat Hilal. Maka beliau saw. puasa dan memerintahkan semua orang agar puasa." ( H.R Abu Dawud, Al-Hakim dan Ibnu Hibban).(Hadits Shahih).



2. "Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda: Mulailah puasa karena melihat ru'yah dan berbukalah ( akhirilah puasa

Ramadhan ) dengan melihat ru'yah. Apabila awan menutupi pandanganmu, maka sempurnakanlah bulan Sya'ban selama Tiga Puluh hari. "( HR. Bukhary

Muslim).



KESIMPULAN

* Menetapkan awal dan akhir bulan Ramadhan dengan melihat ru'yah, meskipun bersumber dari laporan seseorang, yag penting adil ( dapat dipercaya ).
* Jika bulan sabit ( Hilal ) tidak terlihat karena tertutup awan, misalnya, maka bilangan bulan Sya'ban digenapkan menjadi Tiga Puluh hari. ( dalil 1 dan 2).
* Pada dasarnya ru'yah yang dilihat oleh penduduk di suatu negara, berlaku untuk seluruh dunia. Hal ini akan berlaku jika Khilafah ' Ala Minhaajinnabiy sudah tegak ( dalil 2 ).
* Selama khilafah belum tegak, untuk menghindarkan meluasnya perbedaan pendapat ummat Islam tentang hal ini, sebaiknya ummat Islam mengikuti ru'yah yag nampak di negeri masing-masing. ( ini hanya pendapat sebagian ulama).


IV. RUKUN PUASA



1. "... dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar, kemudian

sempurnakanlah puasa itu sampai malam...( AL-Baqarah :187).



2. "Adiy bin Hatim berkata : Ketika turun ayat ; artinya (...hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam...), lalu aku mengambil seutas benang hitam dan seutas benang putih, lalu kedua utas benang itu akau simpan dibawah bantalku. Maka pada waktu malam saya amati, tetapi tidak tampak jelas, maka saya pergi menemui Rasulullah saw. Dan saya ceritakan hal ini kepada beliau. Beliapun bersabda: Yang dimaksud adalah gelapnya malam dan terangnya siang (fajar). " ( H.R. Bukhary Muslim).



3. "Allah Ta'ala berfirman : " Dan tidaklah mereka disuruh, kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlashkan ketaatan untukNya " ( Al-Bayyinah :5)



4. "Rasulullah saw. bersabda : Sesungguhnya semua amal itu harus dengan niat, dan setiap orang mendapat balasan sesuai dengan apa yang diniatkan." ( H.R

Bukhary dan Muslim).



5. "Diriwayatkan dari Hafshah , ia berkata : Telah bersabda Nabi saw. : Barangsiapa yang tidak beniat (puasa Ramadhan) sejak malam, maka tidak ada puasa

baginya ." (HR. Abu Dawud) Hadits Shahih.



KESIMPULAN:

Keterangan ayat dan hadit di atas memberi pelajaran kepada kita bahawa rukun puasa Ramadhan adalah sebagai berikut :

a. Berniat sejak malam hari ( dalil 3,4 dan 5).

b. Menahan makan, minum, koitus (Jima') dengan isteri di siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari ( Maghrib), ( dalil 1 dan 2).



V. YANG DIWAJIBKAN PUASA RAMADHAN.



1. "Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian untuk puasa, sebagaimana yang telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa. " ( Al-Baqarah : 183)



2. "Diriwayatkan dari Ali ra., ia berkata : Sesungguhnya nabi saw telah bersabda : telah diangkat pena ( kewajiban syar'i/ taklif) dari tiga golongan .

- Dari orang gila sehingga dia sembuh - dari orang tidur sehingga bangun - dari anak-anak sampai ia bermimpi / dewasa." ( H.R. Ahmad, Abu Dawud, dan

Tirmidzi).



KESIMPULAN

Keterangan di atas mengajarkan kepada kita bahwa : yang diwajibkan puasa Ramadhan adalah: setiap orang beriman baik lelaki maupun wanita yang sudah

baligh/dewasa dan sehat akal /sadar.


VI. YANG DILARANG PUASA



1. "Diriwayatkan dari 'Aisyah ra. ia berkata : Disaat kami haidh di masa Rasulullah saw, kami dilarang puasa dan diperintahkan mengqadhanya, dan kami tidak

diperintah mengqadha Shalat "( H.R Bukhary Muslim).



KESIMPULAN

Keterangan di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa wanita yang sedang haidh dilarang puasa sampai habis masa haidhnya, lalu melanjutkan puasanya. Di luar Ramadhan ia wajib mengqadha puasa yag ditinggalkannya selama dalam haidh.


VII. YANG DIBERI KELONGGARAN UNTUK TIDAK PUASA RAMADHAN



1. "(Masa yang diwajibkan kamu puasa itu ialah) bulan Ramadhan yang padanya diturunkan Al-Qur'an, menjadi pertunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi

keterangan-keterangan yang menjelaskan pertunjuk, dan (menjelaskan) antara yang haq dengan yang bathil. Karenanya, siapa saja dari antara kamu yang

menyaksikan anak bulan Ramadhan (atau mengetahuinya), maka hendaklah ia puasa di bulan itu; dan siapa saja yang sakit atau dalam musafir maka (bolehlah ia

berbuka, kemudian wajiblah ia puasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (Dengan ketetapan yang demikian itu) Allah menghendaki

kamu beroleh kemudahan, dan Ia tidak menghendaki kamu menanggung kesukaran. Dan juga supaya kamu cukupkan bilangan puasa (sebulan Ramadhan), dan

supaya kamu membesarkan Allah karena mendapat pertunjukNya, dan supaya kamu bersyukur." ( Al-Baqarah:185.)



2. "Diriwayatkan dari Mu'adz , ia berkata : Sesungguhnya Allah swt telah mewajibkan atas nabi untuk puasa, maka DIA turunkan ayat ( dalam surat

AL-Baqarah : 183-184), maka pada saat itu barangsiapa mau puasa dan barangsiapa mau memberi makan seorang miskin, keduanya diterima. Kemudian Allah menurunkan ayat lain ( AL-Baqarah : 185), maka ditetapkanlah kewajiban puasa bagi setiap orang yang mukim dan sehat dan diberi rukhsah ( keringanan) untuk orang yang sakit dan bermusafir dan ditetapkan cukup memberi makan orang misikin bagi oran yang sudah sangat tua dan tidak mampu puasa. " ( HR. Ahmad, Abu Dawud, AL-Baihaqi dengan sanad shahih).



3. "Diriwayatkan dari Hamzah Al-Islamy : Wahai Rasulullah, aku dapati bahwa diriku kuat untuk puasa dalam safar, berdosakah saya ? Maka beliau bersabda :

hal itu adalah merupakan kemurahan dari Allah Ta'ala, maka barangsiapa yang menggunakannya maka itu suatu kebaikan dan barangsiapa yang lebih suka untuk terus puasa maka tidak ada dosa baginya " ( H.R.Muslim)



4. "Diriwayatkan dari Sa'id Al-Khudry ra. ia berkata : Kami bepergian bersama Rasulullah saw. ke Makkah, sedang kami dalam keadaan puasa. Selanjutnya ia

berkata : Kami berhenti di suatu tempat. Maka Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya kamu sekalian sudah berada ditempat yang dekat dengan musuh kalian,

dan berbuka lebih memberi kekuatan kepada kamu. Ini merupakan rukhsah, maka diantara kami ada yang masih puasa dan ada juga yang berbuka. Kemudian kami berhenti di tempat lain. Maka beliau juga bersabda: Sesungguhnya besok kamu akan bertemu musuh, berbuka lebih memberi kekuatan kepada kamu sekalian,maka berbukalah. Maka ini merupakan kemestian, kamipun semuanya berbuka. Selanjutnya bila kami bepergian beserta Rasulullah saw. kami puasa ." ( H.R Ahmad, Muslim dan Abu Dawud).



5. "Diriwayatkan dari Sa'id Al-Khudry ra. ia berkata : Pada suatu hari kami pergi berperang beserta Rasulullah saw. di bulan Ramadhan. Diantara kami ada

yang puasa dan diantara kami ada yang berbuka . Yang puasa tidak mencela yang berbuka ,dan yang berbuka tidak mencela yang puasa. Mereka berpendapat bahwa siapa yang mendapati dirinya ada kekuatan lalu puasa, hal itu adalah baik dan barangsiapa yang mendapati dirinya lemah lalu berbuka,maka hal ini juga baik"

(HR. Ahmad dan Muslim)



6. "Dari Jabir bin Abdullah : Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. pergi menuju ke Makkah pada waktu fathu Makkah, beliau puasa sampai ke Kurraa’il Ghamiim dan semua manusia yang menyertai beliau juga puasa. Lalu dilaporkan kepada beliau bahwa manusia yang menyertai beliau merasa berat , tetapi mereka tetap

puasa karena mereka melihat apa yang tuan amalkan (puasa). Maka beliau meminta segelas air lalu diminumnya. Sedang manusia melihat beliau, lalu

sebagian berbuka dan sebagian lainnya tetap puasa. Kemudian sampai ke telinga beliau bahwa masih ada yang nekad untuk puasa. Maka beliaupun bersabda : mereka itu adalah durhaka." (HR.Tirmidzy).



7. "Ucapan Ibnu Abbas : wanita yang hamil dan wanita yang menyusui apabila khawatir atas kesehatan anak-anak mereka, maka boleh tidak puasa dan cukup

membayar fidyah memberi makan orang miskin " ( Riwayat Abu Dawud ). Shahih



8. "Diriwayatkan dari Nafi' dari Ibnu Umar: Bahwa sesungguhnya istrinya bertanya kepadanya ( tentang puasa Ramadhan ), sedang ia dalam keadaan hamil. Maka

ia menjawab : Berbukalah dan berilah makan sehari seorang miskin dan tidak usah mengqadha puasa ." (Riwayat Baihaqi) Shahih.



9. "Diriwayatkan dari Sa'id bin Abi 'Urwah dari Ibnu Abbas beliau berkata : Apabila seorang wanita hamil khawatir akan kesehatan dirinya dan wanita yang

menyusui khawatir akan kesehatan anaknya jika puasa Ramadhan. Beliau berkata : Keduanya boleh berbuka (tidak puasa ) dan harus memberi makan sehari seorang miskin dan tidak perlu mengqadha puasa" (HR.Ath-Thabari dengan sanad shahih di atas syaratMuslim , kitab AL-irwa jilid IV hal 19).



KESIMPULAN: Pelajaran yang dapat diambil dari keterangan di atas adalah : Orang Mu'min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak puasa Ramadhan, tetapi wajib mengqadha di bulan lain, mereka itu ialah :

1. Orang sakit yang masih ada harapan sembuh.
2. Orang yang bepergian ( Musafir ). Musafir yang merasa kuat boleh meneruskan puasa dalam safarnya, tetapi yang merasa lemah dan berat lebih baik berbuka, dan makruh memaksakan diri untuk puasa.



Orang Mu'min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak mengerjakan puasa dan tidak wajib mengqadha, tetapi wajib fidyah (memberi makan sehari seorang miskin). Mereka adalah orang yang tidak lagi mampu mengerjakan puasa karena:

1. Umurnya sangat tua dan lemah.
2. Wanita yang menyusui dan khawatir akan kesehatan anaknya.
3. Karena mengandung dan khawatir akan kesehatan dirinya.
4. Sakit menahun yang tidak ada harapan sembuh.
5. Orang yang sehari-hari kerjanya berat yang tidak mungkin mampu dikerjakan sambil puasa, dan tidak mendapat pekerjaan lain yang ringan. ( dalil 2,7,8 dan 9).


VIII HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA



1. "...dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam (fajar ), kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam..." ( Al-Baqarah : 187).



2. "Dari Abu Hurairah ra.: bahwa sesungguhnya nabi saw. telah bersabda : Barangsiapa yang terlupa, sedang dia dalam keadaan puasa, kemudian ia makan atau minum, maka hendaklah ia sempurnakan puasanya. Hal itu karena sesungguhnya Allah hendak memberinya karunia makan dan minum " (Hadits Shahih, riwayat Al-Jama'ah kecuali An-Nasai).



3. Dari Abu Hurairah ra. bahwa sesungguhnya Nabi saw telah bersabda : Barang siapa yang muntah dengan tidak sengaja, padahal ia sedang puasa - maka tidak wajib qadha ( puasanya tetap sah ), sedang barang siapa yang berusaha sehinggga muntah dengan sengaja, maka hendaklah ia mengqadha ( puasanya batal ). ( H.R : Abu Daud dan At-Tirmidziy )



4. Diriwayatkan dari Aisyah ra ia berkata : Disaat kami berhaidh ( datang bulan ) dimasa Rasulullah saw. kami dilarang puasa dan diperintah untuk mengqadhanya

dan kami tidak diperintah untuk mengqadha shalat. (H.R : Al-Bukhary dan Muslim )



5. Diriwayatkan dari Hafshah, ia berkata : Telah bersabda Nabi saw. Barang siapa yang tidak berniat untuk puasa ( Ramadhan ) sejak malam, maka tidak ada

puasa baginya. ( H.R : Abu Daud ) hadits shahih.



6. Telah bersabda Rasulullah saw: Bahwa sesungguhnya semua amal itu harus dengan niat ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )



7. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia berkata : Sesungguhnya seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah saw: Ya Rasulullah saya terlanjur menyetubuhi istri saya (di siang hari) padahal saya dalam keadaan puasa ( Ramadhan ), maka Rasulullah saw bersabda : Punyakah kamu seorang budak untuk dimerdekakan ? Ia menjawab : Tidak. Rasulullah saw bersabda : Mampukah kamu puasa dua bulan berturut-turut ? Lelaki itu menjawab : Tidak. Beliau

bersabda lagi : Punyakah kamu persediaan makanan untuk memberi makan enam puluh orang miskin ? Lelaki itu menjawab : Tidak. Lalu beliau diam, maka ketika kami dalam keadaan semacam itu, Rasulullah datang dengan membawa satu keranjang kurma, lalu bertanya : dimana orang yang bertanya tadi ? ambilah

kurma ini dan shadaqahkan dia. Maka orang tersebut bertanya : Apakah kepada orang yang lebih miskin dari padaku ya Rasulullah ? Demi Allah tidak ada diantara

sudut-sudutnya ( Madinah ) keluarga yang lebih miskin daripada keluargaku. Maka Nabi saw. lalu tertawa sampai terlihat gigi serinya kemudian bersabda :

Ambillah untuk memberi makan keluargamu. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )



KESIMPULAN

Ayat dan hadits-hadits tersebut di atas menerangkan kepada kita bahwa hal-hal yang dapat membatalkan puasa ( Ramadhan ) ialah sbb :

* Sengaja makan dan minum di siang hari. Bila terlupa makan dan minum di siang hari, maka tidak membatalkan puasa. ( dalil : 2 )
* Sengaja membikin muntah, bila muntah dengan tidak disengajakan, maka tidak membatalkan puasa. ( dalil :3 )
* Pada siang hari terdetik niat untuk berbuka. (dalil : 5 dan 6 )
* Dengan sengaja menyetubuhi istri di siang hari Ramadhan, ini disamping puasanya batal ia terkena hukum yang berupa : memerdekakan seorang hamba, bila tidak mampu maka puasa dua bulan berturut-turut, dan bila tidak mampu, maka memberi makan enam puluh orang miskin.( dalil : 7 )
* Datang bulan di siang hari Ramadhan ( sebelum waktu masuk Maghrib ).( dalil : 4 )



IX. HAL-HAL YANG BOLEH DIKERJAKAN WAKTU IBADAH PUASA.



1. Diriwayatkan dari Aisyah ra Bahwa sesungguhnya Nabi saw. dalam keadaan junub sampai waktu Shubuh sedang beliau sedang dalam keadaan puasa, kemudian mandi. (H.R : Al-Bukhary dan Muslim )



2. Diriwayatkan dari Abi Bakar bin Abdurrahman, dari sebagian sahabat-sahabat Nabi saw. ia berkata kepadanya : Dan sungguh telah saya lihat Rasulullah saw. menyiram air di atas kepala beliau padahal beliau dalam keadaan puasa karena haus dan karena udara panas. ( H.R : Ahmad, Malik dan Abu Daud )



3. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Bahwa sesungguhnya Nabi saw berbekam sedang beliau dalam keadaan puasa. (H.R : Al-Bukhary ) .



4. Diriwayatkan dari Aisyah ra Adalah Rasulullah saw mencium ( istrinya ) sedang beliau dalam keadaan puasa dan menggauli dan bercumbu rayu dengan istrinya (

tidak sampai bersetubuh ) sedang beliau dalam keadaan puasa, akan tetapi beliau adalah orang yang paling kuat menahan birahinya. ( H.R : Al-Jama'ah kecuali

Nasa'i) hadits shahih.



5. Diriwayatkan dari Abdullah bin Furuuj : Bahwa sesungguhnya ada seorang wanita bertanya kepada Ummu Salamah ra. Wanita itu berkata : Sesungguhnya suami saya mencium saya sedang dia dan saya dalam keadaan puasa, bagaimana pendapatmu ? Maka ia menjawab : Adalah Rasulullah r pernah mencium saya sedang beliau dan saya dalam keadaan puasa. ( H.R : Aththahawi dan Ahmad dengan sanad yang baik dengan mengikut syarat

Muslim ).



6. Diriwayatkan dari Luqaidh bin Shabrah : Sesungguhnya Nabi saw bersabda : Apabila kamu beristinsyaaq ( menghisap air ke hidung )

keraskan kecuali kamu dalam keadaan puasa. ( H.R :Ashhabus Sunan )



7. Perkataan ibnu Abbas : Tidak mengapa orang yang puasa mencicipi cuka dan sesuatu yang akan dibelinya ( Ahmad dan Al-Bukhary ).



KESIMPULAN

Hadits-hadits tersebut di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa hal-hal tersebut di bawah ini bila diamalkan tidak membatalkan puasa :

1. Menyiram air ke atas kepala pada siang hari karena haus ataupun udara panas, demikian pula menyelam kedalam air pada siang hari.
2. Menta'khirkan mandi junub setelah adzan Shubuh. (dalil : 1 )
3. Berbekam pada siang hari. ( dalil : 3 )
4. Mencium, menggauli, mencumbu istri tetapi tidak sampai bersetubuh di siang hari.( dalil 4 dan 5 )
5. Beristinsyak ( menghirup air kedalam hidung )terutama bila akan berwudhu, asal tidak dikuatkan menghirupnya. ( dalil : 6 )
6. Disuntik di siang hari.
7. Mencicipi makanan asal tidak ditelan.(dalil :7)



ADAB-ADAB PUASA RAMADHAN.



1. Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab ra. telah bersabda Rasulullah saw: Apabila malam sudah tiba dari arah sini dan siang telah pergi dari arah sini, sedang

matahari sudah terbenam, maka orang yang puasa boleh berbuka. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )



2. Diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad : Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda : Manusia ( ummat Islam ) masih dalam keadaan baik selama mentakjilkan

(menyegerakan) berbuka. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim)



3. Diriwayatakan dari Anas ra., ia berkata : Rasulullah saw berbuka dengan makan beberapa ruthaab (kurma basah ) sebelum shalat, kalau tidak ada maka dengan kurma kering, kalau tidak ada maka dengan meneguk air beberapa teguk. ( H.R : Abu Daud dan Al-Hakiem )



4. Diriwayatkan dari Salman bin Amir, bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda : Apabila salah seorang diantara kamu puasa hendaklah berbuka dengan

kurma, bila tidak ada kurma hendaklah dengan air, sesungguhnya air itu bersih. ( H.R : Ahmad dan At-Tirmidzi )



5. Diriwayatkan dari Ibnu Umar : Adalah Nabi saw. selesai berbuka Beliau berdo'a (artinya) telah pergi rasa haus dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala

tetap ada Insya Allah. ( H.R : Ad-Daaruquthni dan Abu Daud hadits hasan )



6. Diriwayatkan dari Anas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw: Apabila makan malam telah disediakan, maka mulailah makan sebelum shalat Maghrib, janganlah mendahulukan shalat daripada makan malam itu ( yang sudah terhidang ). ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )



7. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra: Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda : Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya makan sahur itu berkah. (H.R :

Al-Bukhary )



8. Diriwayatkan dari Al-Miqdam bin Ma'di Yaqrib, dari Nabi saw. bersabda : Hendaklah kamu semua makan sahur, karena sahur adalah makanan yang penuh berkah. ( H.R : An-Nasa'i )



9. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit t berkata : Kami bersahur bersama Rasulullah saw. kemudian kami bangkit untuk menunaikan shalat ( Shubuh ). saya berkata :

Berapa saat jarak antara keduanya ( antara waktu sahur dan waktu Shubuh )?Ia berkata : Selama orang membaca limapuluh ayat. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )



10. Diriwayatkan dari Amru bin Maimun, ia berkata : Adalah para sahabat Muhammad saw. adalah orang yang paling menyegerakan berbuka dan melambatkan makan sahur. ( H.R : Al-Baihaqi )



11. Telah bersabda Rasulullah saw: Apabila salah seorang diantara kamu mendengar adzan dan piring masih di tangannya janganlah diletakkan hendaklah ia

menyelesaikan hajatnya ( makan/minum sahur )daripadanya. (H.R : Ahmad dan Abu Daud dan Al-Hakiem )



12. Diriwayatkan dari Abu Usamah ra. ia berkata : Shalat telah di'iqamahkan, sedang segelas minuman masih di tangan Umar ra. beliau bertanya : Apakah ini boleh saya minum wahai Rasulullah ? Beliau r.a menjawab : ya, lalu ia meminumnya. ( H.R Ibnu Jarir )



13. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata :Adalah Rasulullah saw. orang yang paling dermawan dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika

Jibril menemuinya, dan Jibril menemuinya pada setiap malam pada bulan Ramadhan untuk mentadaruskan beliau saw. al-qur'an dan benar-benar Rasulullah saw. lebih dermawan tentang kebajikan( cepat berbuat kebaikan ) daripada angin yang dikirim.(HR Al-Bukhary )



14. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata :Adalah Rasulullah saw. menggalakkan qiyamullail (shalat malam ) di bulan Ramadhan tanpa memerintahkan

secara wajib, maka beliau bersabda : Barang siapa yang shalat malam di bulan Ramadhan karena beriman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni baginya dosanya yang telah lalu. ( H.R : Jama'ah )



15. Diriwayatkan dari Aisyah ra. Sesungguhnya Nabi saw. apabila memasuki sepuluh hari terakhir ( bulan Ramadhan ) beliau benar-benar menghidupkan malam (

untuk beribadah ) dan membangunkan istrinya ( agar beribadah ) dengan mengencangkan ikatan sarungnya (tidak mengumpuli istrinya ). ( H.R : Al-Bukhary dan

Muslim )



16. Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata : Adalah Nabi saw. bersungguh-sungguh shalat malam pada sepuluh hari terakhir ( di bulan Ramadhan ) tidak seperti kesungguhannya dalam bulan selainnya. ( H.R : Muslim )



17. Diriwayatkan dari Abu salamah din Abdur Rahman, sesungguhnya ia telah bertanya kepada Aisyah ra: Bagaimana shalat malamnya Rasulullah saw di bulan

Ramadhan ? maka ia menjawab : Rasulullah saw tidak pernah shalat malam lebih dari sebelas raka'at baik di bulan Ramadhan maupun di bulan lainnya, caranya :

Beliau shalat empat raka'at jangan tanya baik dan panjangnya, kemudian shalat lagi empat raka'at jangan ditanya baik dan panjangnya, kemudian shalat tiga

raka’at. ( H.R : Al-Bukhary,Muslim dan lainnya )



18. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. apabila bangun shalat malam, beliau membuka dengan shalat dua raka'at yang ringan,

kemudian shalat delapan raka'at, kemudian shalat witir. ( H.R : Muslim )



19. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ia berkata : Ada seorang laki-laki berdiri lalu ia berkata : Wahai Rasulullah bagaimana cara shalat malam ? Maka

Rasulullah r. menjawab : Shalat malam itu dua raka'at dua raka'at. Apabila kamu khawatir masuk shalat Shubuh, maka berwitirlah satu raka'at. ( H.R : Jama'ah)



20. Dari Aisyah ra. ia berkata : Sesungguhnya Nabi saw shalat di masjid, lalu para sahabat shalat sesuai dengan shalat beliau ( bermakmum di belakang ), lalu

beliau shalat pada malam kedua dan para sahabat bermakmum dibelakangnya bertambah banyak, kemudian pada malam yang ketiga atau yang keempat mereka

berkumpul, maka Rasulullah saw tidak keluar mengimami mereka. Setelah pagi hari beliau bersabda : Saya telah tahu apa yang kalian perbuat, tidak ada yang

menghalangi aku untuk keluar kepada kalian ( untuk mengimami shalat ) melainkan aku khawatir shalat malam ini difardhukan atas kalian. Ini terjadi pada bulan Ramadhan. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )



21. Dari Ubay bin Ka'ab t. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. shalat witir dengan membaca : Sabihisma Rabbikal A'la )dan ( Qul ya ayyuhal kafirun)

dan (Qulhu wallahu ahad ). ( H.R : Ahmad, Abu Daud, Annasa'i dan Ibnu Majah )



22. Diriwayatkan dari Hasan bin Ali t. ia berkata : Rasulullah saw. telah mengajarkan kepadaku beberapa kata yang aku baca dalam qunut witir : ( artinya ) Ya

Allah berilah aku petunjuk beserta orang-orang yang telah engkau beri petunjuk, berilah aku kesehatan yang sempurna beserta orang yang telah engkau beri

kesehatan yang sempurna, pimpinlah aku beserta orang yang telah Engkau pimpin, Berkatilah untukku apa yang telah Engkau berikan, peliharalah aku dari apa yang

telah Engkau tentukan. Maka sesungguhnya Engkaulah yang memutuskan dan tiada yang dapat memutuskan atas Engkau, bahwa tidak akan hina siapa saja yang telah Engkau pimpin dan tidak akan mulia siapa saja yang Engkau musuhi. Maha agung Engkau wahai Rabb kami dan Maha Tinggi Engkau. ( H.R : Ahmad, Abu Daud, Annasa'i, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah )



23. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw. bersabda :Barang siapa yang shalat malam menepati lailatul qadar, maka diampuni dosanya yang telah lalu. ( H.R :

Jama'ah )



24. Diriwayatkan dari Aisyah ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda : berusahalah untuk mencari lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir. (H.R : Muslim )



25. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. ia berkata : Dinampakkan dalam mimpi seorang laki-laki bahwa lailatul qadar pada malam kedua puluh tujuh, maka

Rasulullah saw. bersabda : Sayapun bermimpi seperti mimpimu, ( ditampakkan pada sepuluh malam terakhir, maka carilah ia ( lailatul qadar ) pada malam-malam

ganjil. ( H.R : Muslim )



26. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Saya berkata kepada Rasulullah saw. Ya Rasulullah, bagaimana pendapat tuan bila saya mengetahui lailatul qadar,apa yang saya harus baca pada malam itu ? Beliau bersabda : Bacalah ( artinya ) Yaa Allah sesungguhnya Engkau maha pemberi ampun, Engkau suka kepada keampunan maka ampunilah daku. (H.R : At-Tirmidzi dan Ahmad )



27. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw mengamalkan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan sampai beliau diwafatkan

oleh Allah Azza wa Jalla. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )



28. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. apabila hendak beri'tikaf, beliau shalat shubuh kemudian memasuki tempat

i'tikafnya.......... ( H.R :Jama'ah kecuali At-Tirmidzi )



29. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. apabila beri'tikaf , beliau mendekatkan kepalanya kepadaku, maka aku menyisirnya, dan adalah beliau tidak masuk ke rumah kecuali karena untuk memenuhi hajat manusia ( buang air, mandi dll...) ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )



30. Allah ta'ala berfirman : ( artinya ) Janganlah kalian mencampuri mereka( istri-istri kalian ) sedang kalian dalam keadaan i'tikaf dalam masjid. Itulah batas-batas ketentuan Allah, maka jangan di dekati...( Al-Baqarah : 187 )



31. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw: Setiap amal anak bani Adam adalah untuknya kecuali puasa, ia adalah untukku

dan aku yang memberikan pahala dengannya. Dan sesungguhnya puasa itu adalah benteng pertahanan, pada hari ketika kamu puasa janganlah berbuat keji , jangan

berteriak-teriak ( pertengkaran ), apabila seorang memakinya sedang ia puasa maka hendaklah ia katakan : " sesungguhnya saya sedang puasa" . Demi jiwa Muhammad yang ada di tanganNya sungguh bau busuknya mulut orang yang sedang puasa itu lebih wangi disisi Allah pada hari kiamat daripada kasturi. Dan bagi orang yang puasa ada dua kegembiraan, apabila ia berbuka ia gembira dengan bukanya dan apabila ia berjumpa dengan Rabbnya ia gembira karena puasanya. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim)



32. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata : Sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda : Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan amalan

kebohongan, maka tidak ada bagi Allah hajat ( untuk menerima ) dalam hal ia meninggalkan makan dan minumnya. ( H.R: Jama'ah Kecuali Muslim ) Maksudnya

Allah tidak merasa perlu memberi pahala puasanya.



33. Bahwa sesungguhnya Nabi saw. bersabda kepada seorang wanita Anshar yang sering di panggil Ummu Sinan : Apa yang menghalangimu untuk melakukan haji

bersama kami ? Ia menjawab : Keledai yang ada pada kami yang satu dipakai oleh ayahnya si fulan (suaminya ) untuk berhaji bersama anaknya sedang yang lain di pakai untuk memberi minum anak-anak kami. Nabi pun bersabda lagi : Umrah di bulan Ramadhan sama dengan mengerjakan haji atau haji bersamaku. ( H.R :Muslim)



34. Rasulullah sw. bersabda : Apabila datang bulan Ramadhan kerjakanlah umrah karena umrah di dalamnya (bulan Ramadhan ) setingkat dengan haji. ( H.R : Muslim)



KESIMPULAN

Ayat dan hadits-hadits tersebut di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa dalam mengamalkan puasa Ramadhan kita perlu melaksanakan adab-adab sbb :



1. Berbuka apabila sudah masuk waktu Maghrib. ( dalil: 6 ) Sunnah berbuka adalah sbb :

1. Disegerakan yakni sebelum melaksanakan shalat Maghrib dengan makanan yang ringan seperti kurma, air saja, setelah itu baru melaksanakan shalat. ( dalil: 2,3 dan 4 )
2. Tetapi apabila makan malam sudah dihidangkan, maka terus dimakan, jangan shalat dahulu. ( dalil : 6 )
3. Setelah berbuka berdo'a dengan do'a sbb : Artinya : Telah hilang rasa haus, dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap wujud insya Allah. ( dalil: 5 )



2. Makan sahur. ( dalil : 7 dan 8 ) Adab-adab sahur :

a. Dilambatkan sampai akhir malam mendekati Shubuh. (dalil 9 dan 10 )

b. Apabila pada tengah makan atau minum sahur lalu mendengar adzan Shubuh, maka sahur boleh diteruskan sampai selesai, tidak perlu dihentikan di tengah sahur

karena sudah masuk waktu Shubuh. ( dalil 11 dan 12 ) * Imsak tidak ada sunnahnya dan tidak pernah diamalkan pada zaman sahabat maupun tabi'in.



3. Lebih bersifat dermawan (banyak memberi, banyak bershadaqah, banyak menolong) dan banyak membaca al-qur'an ( dalil : 13 )



4. Menegakkan shalat malam / shalat Tarawih dengan berjama'ah. Dan shalat Tarawih ini lebih digiatkan lagi pada sepuluh malam terakhir( 20 hb. sampai akhir

Ramadhan). (dalil : 14,15 dan 16 ) Cara shalat Tarawih adalah :

1. Dengan berjama'ah. ( dalil : 19 )
2. Tidak lebih dari sebelas raka'at yakni salam tiap dua raka'at dikerjakan empat kali, atau salam tiap empat raka'at dikerjakan dua kali dan ditutup dengan witir tiga raka'at. ( dalil : 17 )
3. Dibuka dengan dua raka'at yang ringan. ( dalil : 18)
4. Bacaan dalam witir : Raka'at pertama : Sabihisma Rabbika. Roka't kedua : Qul yaa ayyuhal kafirun. Raka'at ketiga : Qulhuwallahu ahad. ( dalil : 21 )
5. Membaca do'a qunut dalam shalat witir. ( dalil 22 )



5. Berusaha menepati lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir, terutama pada malam-malam ganjil. Bila dirasakan menepati lailatul qadar hendaklah lebih giat

beribadah dan membaca : Yaa Allah Engkaulah pengampun, suka kepada keampunan maka ampunilah aku. ( dalil : 25 dan 26 )



6. Mengerjakan i'tikaf pada sepuluh malam terakhir. (dalil : 27 )

Cara i'tikaf :

a. Setelah shalat Shubuh lalu masuk ke tempat i'tikaf di masjid. ( dalil 28 )

b. Tidak keluar dari tempat i'tikaf kecuali ada keperluan yang mendesak. ( dalil : 29 )

c. Tidak mencampuri istri dimasa i'tikaf. ( dalil : 30)



7. Mengerjakan umrah. ( dalil : 33 dan 34 )



8. Menjauhi perkataan dan perbuatan keji dan menjauhi pertengkaran. (dalil : 31 dan 32 )



Maraji’ (Daftar Pustaka):



1. Al-Qur’anul Kariem

2. Tafsir Aththabariy.

3. Tafsir Ibnu Katsier.

4. Irwaa-Ul Ghaliel, Nashiruddin Al-Albani.

5. Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq.

6. Tamaamul Minnah, Nashiruddin Al-Albani.


Oleh Ustadz Abu Rasyid

Thursday, April 22, 2010

Pohon Keimanan (Syajaratul Iman)



Keimanan yang kokoh menjadi perisai bagi setiap kader dakwah. Dan hal ini hendaknya menjadi sebuah kelaziman. Sehingga keimanan itu betul-betul bak perisai kuat untuk menahan lajunya serangan musuh yang senantiasa datang silih berganti. Perisai ini wajib selalu berada di tangan aktivis dakwah. Ia tak boleh lepas sekejappun apalagi hilang tak berketentuan arah. Keimanan yang diumpamakan perisai itu berawal dari kekuatan tauhid yang tertanam dalam sanubarinya. Tauhid yang kuat dan bersih dari berbagai penyimpangannya. Ia diasaskan dari kalimat yang baik (kalimatun thayyibah) yang terikat dalam jiwanya. Kalimat yang baik dari kekuatan tauhid ini lantaran persaksian dan komitmen loyalitasnya pada Sang Maha Perkasa. Hingga kalimat itu, Allah SWT umpamakan seperti pohon yang baik.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ . تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

“Tidakkah kamu kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”. (Ibrahim: 24 – 25).

Pohon ini tiada duanya di muka bumi ini. Ia tumbuh subur dan berkembang pesat dan mampu melawan serangan hama dan penyakit. Sehingga ia menghasilkan buah yang tak pernah henti. Malah menumbuhkan pohon-pohon lainnya. Itulah pohon keimanan.

Disebut Syajaratul Iman (Pohon Keimanan) lantaran keimanan yang kokoh laksana sebuah pohon yang selalu memberikan manfaat yang amat banyak;

- Buahnya dapat dikonsumsi oleh setiap makhluk yang menginginkannya.

- Dahannya dapat menjadi sarang serta tempat bertengger burung-burung.

- Daunnya yang lebat menjadi tempat berteduh musafir yang lewat.

- Akarnya menyimpan persediaan air untuk bumi yang tandus.

Inilah pohon keimanan yang dijelaskan oleh Ibnul Qayyim Al Jauziyah. Beliau mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah SWT. menyerupakan pohon iman yang bersemi dalam hati dengan pohon yang baik. Akarnya menghunjam ke bumi dengan kokoh dan cabangnya menjulang tinggi ke langit. Pohon itu terus menerus mengeluarkan buah setiap musim. Jika engkau renungkan perumpamaan ini tentulah engkau menjumpainya cocok dengan pohon iman yang telah mengakar kokoh ke dalam dan di dalam hatinya. Sedang cabangnya berupa amal-amal shalih yang menjulang ke langit. Pohon itu terus menerus mengeluarkan hasilnya berupa amal shalih di setiap saat menurut kadar kekokohannya di dalam hati. Kecintaan, keikhlasan dalam beramal, pengetahuan tentang hakikat serta penjagaan hati terhadap hak-haknya’.

Diantara para ulama penafsir Qur’an mereka berpandangan bahwa yang dimaksud dengan pohon yang baik itu adalah pohon kurma. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits riwayat Ibnu Umar RA. Dalam kitab shahih. Ar Rabi’ Ibnu Anas mengatakan bahwa orang mukmin itu pokok amalnya menghunjam ke bumi sedang buah amalnya menuju langit lantaran keikhlasannya dalam beramal.

Ibnul Qayyim mengatakan, ‘Tidak ada perbedaan diantara ke dua pendapat itu karena makna yang dimaksud tamsil ini adalah sosok orang mukmin sejati. Sedang pohon kurma adalah sebagai gambaran yang menyerupainya dan dari diri orang mukminlah sebagai sosok yang diserupakannya’. Pohon-pohon keimanan ini tumbuh dan berkembang bahkan menumbuhkan pohon lainnya.

Syaikh Muhammad Ahmad Ar Rasyid dalam kitabnya Ar Raqa’iq menggambarkan bahwa pohon-pohon itu bak laksana kumpulan tanaman taman nan indah. Setiap orang yang melihat pasti ingin berteduh didalamnya. Setiap melihat buah mesti tangan ingin menjamahnya. Pokoknya taman itu amat menarik hati. Pohon-pohon yang tumbuh di taman nan menawan itu adalah:

1. Syajaratut Tha’ah (Pohon Ketaatan)

Dari tempat kamu berteduh di bawah pohon iman itu kamu dapat mencium aroma wewangian bunga yang semerbak di dekatnya. Itu bersumber dari sebuah pohon yang disebut syajaratut tha’ah, yakni pohon ketaatan. Ia menjadi saksi terhadap keridhaan Allah saat dilimpahkan di hari turunnya ayat berikut:

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)”. (Al-Fath:18)

Orang yang berteduh di masa sekarang akan senantiasa mendapatkan ketenangan hati dan tidak mudah goyah karena faktor terhalangnya mendapatkan sesuatu atau tertinggal olehnya. Ia tetap tabah menunggu kemenangan yang akan diraihnya. Ia juga berada dalam arus gerakan Islam untuk selalu menunaikan tugas-tugas dan tanggung jawabnya. Ia setia dengan beban yang terpikul di pundaknya. Dengan sikap itu ia mampu meruntuhkan mercusuar kesesatan. Sedang ia telah menyatakan janji setia kepada Islam untuk mati sebagai tebusannya. Pohon ketaatan ini bersumber pada akar pengabdian yang utuh pada Sang Maha Pencipta. Sudah semestinya pohon ketaatan itu tumbuh subur di hati kader dakwah.

2. Syajaratut Tirhab (Pohon Penyambutan)

Pohon ini dinamakan pohon penyambutan. Ini untuk menyambut mereka-mereka yang sedang berjuang untuk mempertaruhkan hidupnya agar meraih kemuliaan di sisi Rabbnya. Jika Allah memilih untuk menimpakan musibah kepadamu sebagai jalan untuk meraih anugerah keridhaan-Nya. Dan kamupun mengalami cobaan berat hingga memaksamu berlindung di bawah syajaratut Tirhab, pohon penyambutan. Ini dilakukan untuk mencari ketenangan di bawah naungannya seraya menggerakkan pokoknya agar melimpahkan sebahagian dari berkahnya kepadamu. Dan engkau melakukan sikap sebagaimana yang dilakukan ibunda Maryam AS. Ketika bumi terasa sempit olehnya. Maka terdengarlah suara yang menyeru kepadanya:

وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا . فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا

“Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. (Maryam: 25 – 26).

Maka engkau mendapat makan dari buahnya yang telah masak dengan rasa puas tanpa berlebihan. Di sana engkau beroleh minuman yang segar dari sungai kecil yang mengalir di hadapanmu dengan mencidukkan kedua tanganmu kepadanya tanpa harus bersusah payah. Pohon ini berdiri pada pokoknya yakni kecintaan untuk menghariba kepada Rabbul Izzati. Dengan penuh ketaqwaan dan keyakinan akan perjumpaannya. Bagi seorang kader dakwah mendekatkan diri untuk menghamba kepada Allah SWT menjadi keharusan. Agar ia senantiasa dalam kondisinya yang prima. Tidak lapar dan tidak pula kehausan. Ia dapat memenuhi hak dan kebutuhan hidupnya dalam memperjuangkan ajaran-Nya.

3. Syajaratul Wafa’ (Pohon Kesetiaan)

Kesetiaan adalah tanda kecintaan. Dan kecintaan merupakan prasyarat dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan kecintaannya. Nabi Muhammad SAW. mempunyai tanaman sendiri sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits, bahwa banyak pohon yang menyaksikan beberapa peristiwa dari perjalanan hidupnya yang mulia. Sebagai isyarat yang menunjukkan adanya hubungan ini. Terkadang sebagai gambaran untuk menyadarkan orang yang lalai. Diantaranya adalah syajaratul wafa’, pohon kesetiaan. Sebagai tanda adanya komunikasi di antara ruh-ruh yang selalu ingat. Pohon ini dapat mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan kepada yang berhak menerimanya serta mengakui kebaikan yang diberikannya.

Ia adalah batang pohon kurma yang merintih saat ditingalkan. Jabir bin Abdullah RA. meriwayatkan, ‘Dahulu ada sebatang pohon kurma yang digunakan oleh Nabi SAW. untuk pijakan tempat berdirinya. Setelah dibuatkan mimbar untuk Nabi, kami mendengar dari batang kurma itu suara rintihan seperti rintihan unta yang sedang hamil besar. Hingga Nabi saw turun dari mimbarnya lalu meletakkan tangannya pada batang itu barulah batang pohon itu diam’. Batang pohon itu mengeluarkan suara rintihan seperti rintihan unta betina hamil besar. Peristiwa ini merupakan salah satu mukjizat Nabi SAW. Sebatang pohon yang diberikan penghormatan kepadanya lalu ia membalasnya. Manakala ditinggalkan ia merasa sedih sehingga kesedihannya itu melahirkan suara rintihan. Sekarang tiada seorangpun diantara kita melainkan di rumahnya terdapat kitab hadits. Seakan-akan Nabi saw berdiri di hadapannya mengajarkan urusan agama dan mengajarinya hukum-hukum syariat Islam. Maka sudah selayaknya bagi manusia seperti kita berterima kasih dan membalasinya dengan ketaatan dan kesetiaan pada ajaran yang dibawanya. Kita telah mendapatkan pelajaran yang amat bagus dari sebatang pohon kurma. Maka kita sebenarnya yang amat patut melakukan hal itu dan menterjemahkannya dalam sikap kita terhadap dakwah dan ajaran ini. Sepatutnya kita pun para kader dakwah merintih karena tidak dapat berbuat banyak untuk memberikan kontribusi pada dakwah ini sebagaimana orang-orang yang disebutkan Allah SWT. dalam kitab-Nya Allah berfirman:

وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ

“Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu”, lalu mereka kembali, sedang mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan”. (At-Tauabh:92).

4. Syajaratut Tsabat (Pohon Keteguhan)

Keteguhan menjadi hal yang amat urgen dalam mengemban amanah mulia. Karena godaan dan rintangan akan selalu datang silih berganti. Karena itu bagi aktivis dakwah ia amat memerlukan pohon keteguhan. Engkau dapat berlindung dibawahnya di hari manusia berpecah belah karena kecenderungannya yang berbeda-beda. Engkau mencari selamat dengan meninggalkan semua golongan yang berpecah belah itu. ‘Sekalipun engkau harus menggigit akar pohon (yakni berpegang teguh pada prinsip meskipun hidup menderita)’.

Oleh karena itu berlindunglah pada pohon keteguhan ini untuk mengeraskan gigitannya. Seandainya engkau bayangkan keadaan yang sebenarnya tentulah hatimu menjadi ragu dan bergetar penuh kecemasan. Antara perasaan takut bila pegangannya mengendur lalu terbawa arus dan harapan untuk tetap bertahan demi mencapai keselamatan.

Akan tetapi sari pati cairan yang dikeluarkan oleh pohon itu membuat kamu segar karena mendapat minuman darinya. Sedang manusia saat itu menjulurkan lidahnya karena kehausan. Tenggorokanmu basah lagi sejuk, sehingga menambah keras gigitanmu terhadapnya, seakan-akan kamu menghisap keteguhan dan kekokohan darinya bagaikan bayi lapar yang sedang menyusu. Pohon keteguhan ini juga menjadi alat Bantu untuk menghadapi cobaan dan ujian komitmen dari berbagai rayuan dunia yang memikat. Dari pohon itu kader dakwah tidak akan goyah karena daya tarik material duniawi yang fana. Ia tidak seperti orang-orang yang lalai dari kesetiaannya karena tergoda oleh ikan-ikan yang bermunculan pada saat mereka harus menunaikan komitmen itu.

وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا يَسْبِتُونَ لَا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ

“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada disekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik”. (Al-A’raf:163).

5. Syajaratul Unsi (Pohon Penghibur)

Pohon ini menjadi penghiburmu di saat kamu sendirian dan kelembabannya meringankan (membasahi) keringnya kesalahanmu. Pohon ini ditanam oleh Nabi saw, saat beliau melalui dua kuburan yang sedang diazab. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits Nabi SAW. ‘Beliau mengambil sebatang pelepah kurma yang masih basah. Dan membelahnya menjadi dua bagian lalu menancapkan kepada masing-masing dari kedua kuburan itu satu bagian. Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kenapa engkau lakukan itu?’. Rasulullah SAW. menjawab, ‘Mudah-mudahan azab diringankan dari keduanya selama kedua pelepah ini belum mengering’.

Buraidah Al Aslami RA. memahami hal ini sebagai tuntutan yang dianjurkan. Oleh karena itu ia berwasiat agar ditancapkan di atas kuburannya nanti dua batang pelepah kurma. Orang-orang pun mengikuti jejaknya dalam hal ini. Ada kalanya kita tidak dapat terlepas dari dosa-dosa kecil yang mencemari keikhlasan amal kita atau dari keterpaksaan mengejar sisa-sisa yang ada di tangan ahli dunia dari harta yang memperdayakannya. Yang biasa dibarengi dengan begadang yang merusak kesehatan dan dirundung oleh kegelisahan yang membuat diri kita tidak dapat tidur. Sehingga tubuh ini menjadi lemah untuk persiapan kerja di pagi hari. Barang kali dengan meluangkan waktu sejenak untuk berteduh di bawah pohon ini agar dapat meringankan beban hidupmu. Tentu hiburan bagi aktivis dakwah bukanlah dengan lantunan nasyid-nasyid dengan iringan bunyi musiknya atau juga bukan dengan tontonan yang melalaikannya. Akan tetapi hiburannya melalui dengan mengenang sejarah kehidupan umat terdahulu yang diabadikan kebaikannya serta mengingat akan janji balasan yang akan diberikan Allah SWT. pada orang-orang yang beriman. Sehingga dapat menggambarkan kenangan indah di hatinya akan kehidupan orang-orang yang telah berada di negeri cahaya yang penuh berkah.

6. Syajaratul Mufashalah (Pohon Pemisahan)

Pohon pemisahan ini menjadi saksi tentang sempurnanya akan kebersihan sarana yang digunakan oleh seorang muslim dalam mencapai tujuannya yang bersih. Demikian itu terjadi ketika ada seorang musyrik yang ingin bergabung memberikan bala bantuan kepada pasukan kaum muslimin dalam perjalanannya menuju medan perang Badar. Orang musyrik itu memberikan bala bantuan atas dasar fanatisme golongan untuk membela kaumnya. Ketika pasukan kaum muslimin sampai di sebuah pohon besar yang menjadi rambu jalan sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat ‘Aisyah RA. Lalu orang musyrik itu hendak bergabung. Maka Nabi menoleh kepadanya dan mengatakan, ‘Kembalilah kamu, aku tidak meminta bantuan dari orang musyrik’.

Maka ketetapan ini terus berlaku sebagai prinsip yang tidak pernah ada pengecualiannya. Kecuali hanya dalam kejadian-kejadian yang terbatas dan langka. Oleh karena itu prinsip ini tetap menjadi pijakan dalam amal dakwah kita agar tidak mengemis meminta-minta balas bantuan dari orang yang memusuhi dakwah. Apalagi potensi yang dimiliki umat masih melimpah ruah untuk didayagunakan.

7. Syajaratul Istighfar (Pohon Meminta Ampunan)

Pohon istighfar berupa pohon anggur yang banyak buahnya. Apabila ada seorang tamu yang mampir ke rumah pemiliknya maka ia akan memetik setangkai buah itu lalu disodorkan kepadanya untuk mencicipinya. Setelah itu tentu seseorang yang bertandang itu akan merasakan kepuasan yang teramat sangat. Kemudian pada hari yang lain. Isteri pemilik kebun anggur itu mengatakan kepada suaminya. ‘Cara seperti itu tidak etis kepada tamu, sebaiknya engkau ikut memakan separuh jamuanmu guna menyenangkan hatinya dan sekaligus sebagai pernghormatan padanya’. Suaminnya menjawab, besok aku akan lakukan hal itu. Keesokan harinya, setelah tamunya memakan separuh hidangan yang disajikan kepadanya. Lalu lelaki pemilik kebun itu ikut serta memakannya. Tatkala ia mencicipinya terasa anggur itu masam dan tidak enak untuk dimakannya. Ia pun meludahkannya dan mengernyitkan kedua alisnya keheranan atas kesabaran tamunya yang mau merasakan buah seperti itu. Namun tamu itupun menjawabnya. ‘Sesungguhnya aku telah memakan buah ini dari tanganmu sebelumnya selama beberapa hari dengan rasa manis tetapi sekarang ini aku tidak suka memperlihatkan kepadamu rasa tidak enak pada buah ini sehingga membuatmu menyesali pemberianmu yang lalu’.

Apa yang disebutkan di atas ini bukanlah kisah ngawur melainkan sebagai tamsil perumpamaan yyang dibuat untuk para dai yang mengusung dakwah ini. Karena itu dengarkanlah baik-baik. Hal ini merupakan ungkapan kisah yang dijabarkan kepadamu untuk mendekatkan kepahamanmu kepadanya agar mudah kamu cerna.

Tidak seorangpun di antara orang-orang yang ada disekitarmu yang terpelihara dari kesalahan dan benar selalu adanya. Oleh karena itu jika ada saudaramu yang berbuat kekeliruan maka janganlah kekeliruannya itu mendorongmu untuk mendiamkannya tidak mau bergaul lagi dengannya. Tidak sabar terhadapnya atau mendiskriditkannya. Bahkan jangan pula kamu mencelanya melainkan bersabarlah kepadanya. Dan tahanlah emosimu. Dan kamu harus memaafkannya dalam hatimu karena mengingat kebaikannya yang terdahulu dan perilakunya yang baik dan penghormatannya kepadamu. Karena barangkali dia dapat membantumu untuk bertaubat atau menolongmu saat kamu belajar sebagai pelayan pendamping atau teman begadangmu atau dia mengajarkan kepadamu suatu bidang pengetahuan yang diajarkan Allah kepadanya dan hal-hal baru yang belum kamu ketahui.

8. Syajaratuz Zuhud (Pohon Zuhud)

Jika engkau telah beroleh faedah dan menebarkan keadilan maka sudah saatnya bagimu untuk membaringkan diri di bawah sebuah pohon yang ramping lagi banyak buahnya dan bunganya. Keindahannya memukau pandangan orang yang melihatnya dan membuat orang yang menikmati keindahannya berdecak kagum karena selera penanamnya begitu tinggi.

Itulah pohon zuhud. Yaitu pohon yang bersemi di dalam hati. Jenisnya lain dari yang lain. Belum pernah ada seorang pun yang menanam hal yang semisal itu sehingga terlihat sangat indah. Penanamannya menggambarkan pohon itu bagai syair berikut:

Zuhud telah menanamkan pohon dalam kalbuku

Sesudah membersihkannya dari bebatuan dengan susah payah

Dia menyiraminya sesudah menancapkannya ke bumi dengan air mata yang dialirkan

Manakala di melihat burung-burung perusak tanaman terbang mengelilingi pagarnya

Dia mengusirnya

Aku tidur di bawah naungan yang rindang dengan hati yang senang

Dan mengusir semua yang mengganggunya

Kemudian aku berjanji setia kepada Tuhanku

Seperti itulah Bai’atur Ridwan dilakukan di bawah pohon untuk memberikan janji setia. Rasakanlah kamu menjadi salah seorang diantara mereka yang melakukan hal itu. Dan kamu bersama di tengah-tengah mereka. Dirimu dipenuhi oleh semangat bai’at janji setia sampai mati di jalan Allah SWT. demi membela ajaran ini tegak di muka bumi.

9. Syajaratul Hilm (Pohon Penyantun)

Imam Hasan Al Banna telah memahami seni menanam pohon keimanan ini. Karena itu ia menanamkan kepada kita pohon Kesantunan. Beliau menggambarkannya sebagai berikut: ‘Jadilah kamu seperti pohon yang berbuah. Manusia melemparinya dengan batu sedang ia melempari mereka dengan buahnya’.

Sesungguhnya ia telah memberikan gambaran yang baik dan masukan yang berfaedah. Karena sesungguhnya kebanyakan manusia cepat cenderung kepada kejahilan sehingga mendorong mereka untuk mendustakan para da’i dan menyakiti mereka dengan cara batil. Seandainya seorang da’i bersikap jahil seperti orang jahil itu dan membalas keburukan dengan keburukan semisal, niscaya akan lenyap dan pudarlah nilai-nilai kebajikan itu. Sebenarnya sikap yang harus diambil seorang da’i adalah berlapang dada, mengharapkan pahala Allah dan memohon ampunan bagi kaum yang tidak mengerti itu.

Syaikh Muhammad Ahmad Ar Rasyid menandaskan bahwa pohon keimanan itu mesti diberi pupuk dan disiraminya disetiap waktu. Dirawatnya dengan baik agar tidak dimakan hewan yang mendatanginya atau dihinggapi hama penyakit. Ia pun perlu diselamatkan dari tangan jahil manusia yang sering usil untuk memetik buahnya sebelum masanya. Ia perlu penjaganan yang ekstra agar pohon-pohon itu memberikan buahnya bagi dakwah ini. Itulah Tsamaratud Da’wah (Buah Dakwah). Yakni kader-kader dakwah yang militan yang menyediakan dirinya untuk melayani dakwah ini dan berkhidmat terus demi tegaknya ajaran ini. Bila pertumbuhan kader ini terus tumbuh dari berbagai segmen dan usia secara seimbang maka dakwah ini akan mengalami tingkat produktifitas yang amat tinggi. Intajiyatud Da’wah (Produktivitas Dakwah). Dengan begitu mewujudkan misi utama dakwah ini untuk mencapai perubahan nilai dan norma akan semakin terrealisir.

Allah berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Al-Anbiya:107).

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dan peranglah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (Al-Anfal:39).

Wednesday, April 21, 2010

Percubaan Yahudi Mencuri Jasad Rasulullah SAW



Di masa peperangan antara orang Islam dengan orang-orang kafir Kristian yang dikenali dengan perang Salib dan telah berlangsung sekian lama. Kemenangan dan kekalahan silih berganti pada kedua belah pihak. Umat Islam berjuang dengan habis-habisan menentang musuhnya. Segala kekuatan dikerahkannya. Kerana pada waktu itulah kesempatan yang paling baik untuk memperolehi syahid di medan perang sebagaimana yang diperolehi para sahabat Rasulullah dalam perjuangan menentang orang kafir yang cuba melenyapkan Islam.
Raja-raja dari semua kerajaan Islam memberikan sokongan padu kepada setiap panglima perang yang tampil memimpin para pahlawan Islam menentang kaum kafir Kristian yang datang dari Eropah. Salah seorang raja yang banyak jasanya dalam perang Salib ini adalah Sultan Nuruddin Zangki (Zenggi), keturunan bangsa Kurdi dan berkedudukan di Mosul. Baginda yang diputerakan tahun 1118 Masihi dan wafat 1174 Masihi, adalah seorang raja yang terkenal taqwa, wara' dan adil. Kerana keadilannya pula hingga digelari Malikul Adil (Raja yang adil). Pada waktu malam baginda bangun untuk solat tahajjud dan berdoa agar rakyatnya hidup bahagia dalam keredhaan Allah dan terselamat di akhirat nanti. Pada sebelah siang beliau banyak berpuasa dan selepas solat, wiridnya sentiasa panjang.
Seluruh kekuatan yang dimilikinya adalah untuk menentang serangan tentera Salib agar tidak dapat menjajah negara Islam. Beliaulah yang membentangkan jalan kepada Shalahuddin Al-Ayyubi, panglima perang Salib di pihak Islam yang telah berjaya membebaskan bumi Palestin dari cengkaman kaum Salib. Baginda sentiasa tenang dan gembira melayan semua rakyat dan menteri-menterinya, sekalipun negara dalam keadaan darurat perang, kerana beliau sudah bermimpi berjumpa Rasulullah SAW pada suatu malam. Dalam mimpi itu Sultan Nuruddin melihat Rasulullah dalam keadaan gembira, menandakan perjuangan kaum Muslimin yang dipimpinnya dalam berjihad akan berhasil.
Selanjutnya, suatu hari Malikul Adil kelihatan tidak seperti biasanya, kali ini baginda nampak sangat risau, seolah-olah ada yang tidak kena pada dirinya. Menteri-menterinya menyedari hal ini, namun mereka tidak berani bertanya. Kerisauan dan kegelisahan tersebut berpunca daripada mimpinya beberapa malam yang lalu. Mimpi itu sangat mengerikan dan sukar ditafsirkan. Dalam mimpi itu, baginda memakai baju yang cantik gemerlapan dan berada di hadapan Rasulullah. Rasulullah memegang tangan Nuruddin dan menunjuk kepada dua orang lelaki yang berada di hadapannya dan bersabda: "Kenalilah aku. Bebaskan aku dari dua orang itu!" Nuruddin terbangun, namun wajah Rasulullah dan dua orang lelaki itu kelihatan jelas di hadapannya seperti bukan mimpi. Wajah kedua lelaki itu kelihatan kemerah-merahan.
Tidak seorang pun yang diberitahu tentang mimpi itu, dan beliau yakin bahawa yang datang itu benar-benar Rasulullah SAW. Kerana beliau sendiri telah bersabda: "Siapa yang melihat aku dalam mimpi, samalah ertinya dengan melihat aku di waktu bangun, kerana syaitan tidak akan dapat menyerupai aku." Keyakinan Raja Nuruddin akan kesahihan mimpinya itu dikuatkan lagi oleh mimpinya yang dahulu sehubungan dengan peperangan. "Ketika itu Rasulullah kelihatan sangat gembira sekali. Tapi mengapa kali ini baginda kelihatan amat sedih? Dan siapakah gerangan dua lelaki yang ditunjuk oleh Rasulullah itu?" Nuruddin tidak habis-habis merenung dan berfikir: "Ah, ini tentu ada yang tidak mengena pada keperibadian Baginda yang mulia atau akan ada sesuatu yang mengancam maruah umat Islam," kata Nuruddin dalam hatinya.
Dekat seminggu lamanya Raja adil itu memikirkan dengan risau. Tiba-tiba mimpi itu berulang lagi, peristiwa seperti mimpi yang pertama dan Rasulullah memanggil-manggil Nuruddin lagi: "Kenalilah aku dan bebaskan aku dari dua orang itu!" Baginda terkejut dan bangun kemudian langsung berwudhu', terus bersolat tahajjud dan berzikir sebanyak-banyaknya di malam sunyi itu. Kerana terlalu lama berzikir, baginda tertidur dalam duduk dan wajah Rasulullah menjelma lagi. Dalam masa yang tidak seberapa lama, sudah tiga kali beliau berjumpa Rasulullah dalam keadaan muram. "Perkara ini benar-benar serius agaknya dan tidak boleh ku simpan seorang sahaja," kata Nuruddin pada dirinya sendiri. Apabila baginda tergerak hatinya untuk memanggil orang kepercayaannya, baginda teringat akan sabda Rasulullah: "Bahawa apabila seseorang bermimpi buruk, hendaklah jangan diceritakan kepada sesiapa pun. Insya Allah tidak akan terjadi apa-apa." Nuruddin berfikir sekejap. Sanggupkah dia menyimpan mimpi itu seorang diri? Tidak, mimpi itu sudah tiga kali datang, dan yang datang adalah manusia termulia.
Selepas solat Subuh di pagi hari Raja Nuruddin memanggil seorang menteri kepercayaannya, Jamaluddin Al-Mushly. Lelaki itu sangat wara', taqwa dan amanah seperti Rajanya juga. Oleh kerana itu, dialah satu-satunya orang yang dipanggil oleh Nuruddin sehubungan dengan mimpinya. Kerana Nuruddin yakin, bahawa walau bagaimanapun Jamaluddin tidak akan membocorkan rahsia negara dan raja. Hari masih terlalu pagi, suasana masih gelap, di sana sini kedengaran kokok ayam silih berganti dan waktu kerja pun masih lama lagi akan bermula. Namun menteri Jamaluddin Al-Mushly sudah berangkat ke istana negara kerana menjunjung titah baginda.
"Engkau adalah orang yang paling ku percaya untuk menyimpan rahsia negara selama ini. Oleh kerana itu aku tidak merasa ragu lagi menceritakan mimpiku padamu," kata Raja kepada Jamaluddin dan menceritakan mimpi yang dialaminya. Jamaluddin mendengarkan dengan serius. Ia sendiri turut merasa gerun mendengarkan cerita Rajanya. Kemudian Jamaluddin berkata: "Ini memang betul-betul mimpi yang benar wahai tuanku, kerana syaitan tidak akan dapat menyerupai Rasulullah." "Betul itu. Aku pun ingat demikian," kata Nuruddin menyokong pendapat Jamaluddin. Nuruddin bertanya: "Jadi, agak-agak apakah pendapatmu tentang mimpiku itu." Jamaluddin menjawab: "Menurut pendapat hamba, ada rancangan jahat dari orang tertentu yang ditujukan kepada Rasulullah, dan Rasulullah tidak menyenanginya. Tuanku diberi tugas untuk menggagalkan rancangan jahat tersebut."
Nuruddin seolah-olah dikeluarkan dari kebuntuannya setelah mendengar tafsiran daripada Jamaluddin. Baginda percaya bahawa pendapat menterinya itu benar belaka. Berkata Nuruddin: "Pendapatmu betul, sekarang ke mana dan bagaimana kita mesti mencari dua lelaki yang ditunjuk oleh Rasulullah itu?" Jamaluddin mengajukan usul: "Bagaimana kalau sekiranya baginda raja yang pergi ke Madinah Al-Munawwarah terlebih dahulu. Di sanalah tuanku dapat berdoa di makam Rasulullah yang mulia, memohon petunjuk kepada Allah di sisi kubur kekasihNya. Mudah-mudahan, di sana tersingkap rahsia mimpi paduka itu."
Semua persediaan dan perbekalan segera dipersiapkan. Maka pada hari yang telah ditetapkan, beribu-ribu rakyat ibu kota berpusu-pusu di hadapan istana negara untuk mengucapkan selamat jalan kepada Raja yang mereka hormati. Berangkatlah Raja yang adil bersama beberapa pegawai tinggi negara menuju Madinah.
Di setiap kampung yang dilaluinya, baginda disambut mesra oleh rakyatnya. Baginda merasa puas dapat berjumpa dengan berbagai rakyatnya. Rakyat pun berasa gembira melihat Raja yang berjiwa rakyat dan tidak putus-putusnya tersenyum kepada semua rakyat. Namun, di sebalik senyuman raja yang dilepaskan kepada rakyatnya, ada perasaan risau dan ngeri yang menghantui baginda secara berterusan. Yakni wajah kedua lelaki yang dilihat dalam mimpinya selalu membayangi kemana sahaja baginda pergi. Tidak sesaat pun wajah itu hilang dari pandangan baginda. Baginda juga dapat menggambarkan dengan jelas tentang perwatakan kedua lelaki itu baik dari bentuk wajahnya, matanya, susunan giginya, mulutnya, janggutnya bahkan kesemua seluruh tubuh kedua mereka itu. Kalau, kedua lelaki itu melintas di hadapan baginda maka sudah pasti, baginda akan menangkapnya. Disebabkan baginda sentiasa asyik memikirkan tentang kedua lelaki itu, kadang-kadang baginda terpisah dari rombongannya. Baginda tidak putus asa untuk mencari kedua lelaki itu, baginda pergi secara persendirian mengembara antara bukit-bukit.
Para pengawal tidak berani menegur apa-apa sebaliknya mereka hanya memerhatikan Raja mereka dari jauh. Hanya menteri Jamaluddin sahaja yang sesekali mengingatkannya apabila beliau terpisah jauh dari rombongan. Setelah beberapa hari perjalanan, rombongan baginda sampai di sempadan Madinah. Jamaluddin memberitahu baginda: "Tuanku, sekejap lagi kita akan memasuki ke kota Rasulullah SAW, oleh itu bersiap sedialah tuanku." Berkata Raja: "Apakah cara yang harus aku lakukan untuk memasuki kota yang mulia itu?" Berkata Jamaluddin: "Pertama hendaklah tuanku mandi dan bersuci, kemudian masuklah ke masjid Quba' dan bersolat tahiyyatul masjid, ini adalah untuk menghormati masjid yang dibina dengan tangan Rasulullah SAW sendiri." Kemudian Raja dan rombongannya mengikut arahan Jamaluddin, setelah selesai mengerjakan solat di masjid Quba', rombongan diraja menuju ke taman Raudhah. Di taman yang mulia inilah jenazah yang teramat mulia Rasulullah SAW bersemadi.
Perasaan mereka yang berada di hadapan tempat jenazah baginda Rasulullah SAW disemadikan adalah amat berlainan sekali, mereka berasa seolah-olah berada di satu alam yang lain. Lalu Raja mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan memohon kepada Allah SWT supaya rahsia di sebalik mimpinya itu di perlihatkan kepadanya sebelum kedua manusia jahat melaksanakan niat jahat mereka. Degupan hati Raja yang begitu khusyuk dalam doanya menyebabkan air mata mengalir tanpa disedarinya. Memang di sinilah salah satu tempat diperkenankan doa. Wajah Rasulullah SAW semakin jelas di mata Raja seolah-olah Rasulullah SAW menghulurkan tangan untuk bersalaman dengan Raja. Baginda terdengar suara dekat telinganya yang berbunyi: "Kenalilah aku, dan bebaskanlah aku dari kedua lelaki ini."
Setelah baginda raja berdoa dengan penuh khusyuk di taman Raudhah, kemudian datang petunjuk dari Allah seolah-olah beliau dapat menyingkap tafsir mimpinya itu di kota mulia tempat bersemayamnya Rasulullah SAW. Oleh kerana Raja Nuruddin ingin segera mengetahui makna mimpinya yang menakutkan itu, lalu beliau memanggil gabenor Madinah dengan berkata: "Saya mahu kamu kumpulkan kesemua penduduk Madinah tanpa ada sesiapa pun yang dikecualikan, saya ingin bersalaman dengan mereka." Berkata gabenor Madinah: "Baik tuanku, segala titah raja akan dijalankan." Gabenor Madinah pun segera menyampaikan pesanan raja kepada penduduk Madinah dan penduduk yang berhampiran dengan kota Madinah.
Berkata gabenor Madinah kepada penduduk kota Madinah dan sekitarnya: "Atas perintah Raja Nuruddin, semua rakyat Madinah dan kawasan yang berhampiran denganya, sama ada lelaki atau wanita, tua atau muda dari berbagai jenis agama dikehendaki hadir di dewan orang ramai, kerana baginda Raja Nuruddin hendak bertemu dengan semua penduduk di sini." Setelah berita disebarkan maka orang ramai bersama seisi keluarga segera pergi ke dewan orang ramai dengan perasaan gembira, tidak seorang pun yang tertinggal. Mereka yang tua dan uzur diusung sehingga banyak sekali usungan yang kelihatan dalam perjalanan menuju ke dewan orang ramai. Apabila seluruh penduduk kota Madinah telah berkumpul, gabenor Madinah pun melapurkan kepada Raja: "Tuanku, semua rakyat telah berkumpul dan mereka sedang menunggu kehadiran tuanku." Berkata Raja Nuruddin: "Apakah kamu yakin bahawa semua rakyat telah datang untuk bersalaman dengan saya?" Berkata gabenor Madinah. "Insya Allah." Setelah Raja mendengar penjelasan dari gabenor, Madinah, maka Raja pun segera pergi ke tempat orang ramai yang sedang menunggunya. Wajah kedua lelaki yang datang dalam mimpinya semakin mencabar di hadapannya.
Setelah baginda Raja sampai di tempat dewan orang ramai, maka baginda pun memandang kepada rakyat sebagai penghormatan. Mata Raja Nuruddin sentiasa mencari-cari wajah yang menjadi buruannya, tetapi tidak juga kelihatan. Raja Nuruddin semakin risau, beliau duduk sekejap dan berbincang dengan pegawai-pegawai dari Madinah. Berkata Raja, Nuruddin: "Apakah masih ada rakyat yang melepaskan peluang untuk bertemu dengan saya? Cuba siasat sekali lagi." Kemudian para pegawai dari kota Madinah berbincang sesama mereka, mereka cuba mengingati wajah-wajah yang tidak hadir. Tiba-tiba seorang pegawai berkata dengan serius dan bersemangat: "Betul tuanku, hamba ingat masih ada dua orang kenamaan di Madinah yang tidak hadir di sini, mungkin kedua mereka tidak mendengar berita tentang ketibaan baginda tuanku ke sini."
Raja Nuruddin berkata: "Di mana mereka berada, dan siapakah mereka itu?" Denyutan jantung Raja Nuruddin semakin cepat, tetapi beliau menahan perasaannya. Orang yang mengenali kedua lelaki itu berkata: "Mereka berdua adalah ahli tasawwuf dan ahli hikmah, sangat wara' dan sangat banyak ibadahnya, sesiapa sahaja yang pergi kepada mereka akan menerima fatwa-fatwa yang menyejukkan dan menerima sedekah. Dan kedua mereka juga adalah dermawan dan telah banyak sekali membantu fakir miskin." Raja Nuruddin sangat tertarik dengan huraian pegawainya dan beliau berkata: "Saya ingin sangat untuk bertemu dengan kedua mereka, jemputlah mereka sekarang juga."
Tidak berapa lama kemudian kedua mereka itu pun datang ke dewan orang ramai setelah diundang. Kedua mereka berjalan dengan tunduk dan tawadhu', sementara mulut mereka tidak berhenti-henti berzikir kepada Allah SWT. Apabila kedua mereka berdiri di hadapan Raja Nuruddin, Raja Nuruddin terperanjat kerana kedua mereka itulah yang muncul dalam mimpinya. Dalam hati Raja Nuruddin berkata: "Demi Allah orang inilah yang datang dalam mimpiku." Walaupun kedua mereka itu berada di hadapan beliau, beliau belum pasti sama ada beliau bermimpi atau tidak, lalu beliau menggosok kedua biji mata beliau dan dibukanya mata beliau terang-terang. Ternyata kali ini beliau tidak mimpi, beliau kini berada betul-betul di hadapan orang yang menjadi buruan beliau. Raja Nuruddin memandang mereka dari semua segi, dari segi bentuk muka mereka, susunan gigi, mata dan lain-lain. Akhirnya beliau meyakini dengan seratus peratus bahawa memang sah kedua lelaki itulah yang muncul dalam mimpinya. Kalau ikutkan hati Raja Nuruddin hendak ditanya sahaja: "Siapakah kamu berdua ini." Raja Nuruddin bertambah hairan melihat kedua mereka, ini adalah kerana kedua mereka itu begitu khusyuk dan tawadhu', gerak-geri mereka tidak sedikit pun mencurigakan.
Segi rambut pula ikut sunnah, serban pula ikut cara Rasulullah. Sewaktu bersalaman menunjukkan adab seorang alim dan ahli tasawwuf, tutur katanya pula penuh hikmah dan selalu berasaskan Al-Quran dan Al-Hadith. "Tetapi mengapa Rasulullah minta dibebaskan dari dua orang itu? Apakah dosa yang telah diperbuat oeh keduanya? Begitulah pertanyaan yang keluar dari hati Raja Nuruddin. Beliau hairan dan tidak tahu apa yang hendak dibuat, namun demikian tidak seorang pun yang dapat membaca perasaan Raja Nuruddin. Raja Nuruddin serba salah kerana orang ramai mengenali kedua mereka sebagai orang yang alim dan menunjukkan sikap yang penuh tasawwuf, baginda Raja juga menghormati kealiman dan ketasawwufan mereka. Oleh kerana Raja Nuruddin tidak dapat membuat apa-apa keputusan maka majlis pada hari itu bersurai setelah baginda Raja bersalam dengan semua rakyatnya seperti yang dijanjikan. Setelah majlis perhimpunan yang pertama selesai, orang ramai pun bersurai dan mereka merasa puas hati kerana dapat bersalam dengan Raja mereka. Gebenor Madinah merasa sangat gembira kerana majlis itu mendapat sambutan yang sungguh menggalakkan. Satu-satunya orang yang tidak puas hati ialah Raja Nuruddin, kerana teka-teki yang menghantuinya belum terjawab.
Selepas menunaikan solat Raja Nuruddin beristighfar dan berzikir banyak-banyak, kemudian beliau berdoa dengan doa yang amat panjang, dalam doa tersebut beliau meminta petunjuk yang lebih jelas dari Allah SWT. Ketika Raja Nuruddin duduk bersendirian, lalu datang menterinya Jamaluddin dengan berkata: "Wahai tuanku, sudahkah tuanku jumpa dengan dua lelaki yang tuanku cari itu?" Berkata raja Nuruddin: "Ya, sudah." Jamaluddin bertanya: "Yang mana satu tuanku?" Berkata Raja Nuruddin: "Jemputan yang terakhir sekali, saya pasti itulah orang yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW dalam mimpiku." Jamaluddin diam sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda dia sedang memikirkan sesuatu. Berkata Raja Nuruddin: "Tapi yang peliknya saya tidak dapat sesuatu yang mencurigakan pada diri mereka itu, keadaan keduanya memang seperti yang diceritakan oleh orang. Akhlaknya, gerak-gerinya dan tutur katanya semuanya menggambarkan keperibadian Rasulullah SAW. Inilah yang membuat saya rasa pelik sangat, entah dosa apa yang telah mereka lakukan?"
Setelah Jamaluddin mendengar kata-kata Rajanya maka dia pun berkata: "Tuanku, ketahuilah bahawa seseorang yang pada zahirnya menunjukkan baik, segalanya mengikut cara Rasulullah SAW belum tentu hatinya baik. Boleh jadi ia hanya berpura-pura supaya orang ramai tidak mencurigainya, padahal dia adalah musuh yang jahat."
Berkata Raja Nuruddin: "Betul katamu itu, kerana memang ramai orang-orang kafir berpura-pura Islam, sedangkan tujuannya untuk menghancurkan Islam dari dalam. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran yang bermaksud: "Dan di antara manusia ada yang ucapannya tentang kehidupan dunia, sangat menarik perhatianmu, dan di persaksikannya Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia sebenarnya adalah musuh yang jahat."
Raja Nuruddin memang tahu tentang tipu helah orang-orang kafir yang sentiasa hendak merosakkan Islam dengan berbagai cara. Berkata Raja Nuruddin lagi: "Apakah yang harus kita lakukan?" Berkata Jamaluddin: "Tuanku mestilah mengadakan perisikan ke rumah orang itu secara sulit." Raja Nuruddin dan menterinya Jamaluddin mengadakan perbincangan secara rahsia tentang cara yang terbaik untuk mendapatkan maklumat tentang pergerakan kedua lelaki yang disyaki. Setelah sekian lama mereka berbincang akhirnya mereka mendapat satu cadangan yang baik, yakni orang ramai dijemput untuk menghadiri rumah terbuka atas arahan Raja Nuruddin.
Kedua orang yang disyaki juga diundang sebagai tetamu kehormat. Rahsia ini tetap menjadi rahsia antara Raja dengan menterinya. Gabenor Madinah diberikan tugas untuk menjayakan majlis tersebut. Setelah saat yang dinantikan telah tiba, maka ramailah orang yang datang menghadiri majlis tersebut. Kedua lelaki yang disyaki juga awal-awal lagi telah berangkat menuju ke majlis diraja. Apabila Raja Nuruddin dan Jamaluddin melihat kedua lelaki alim itu telah keluar dari rumah mereka, kemudian Raja Nuruddin, Jamaluddin dan beberapa pengawal pergi ke rumah orang alim itu. Kesemua bahagian dalam rumah itu di periksa oleh Raja Nuruddin, malangnya tidak satu pun benda yang mencurigakan. Sebaliknya dalam rumah tersebut terdapat banyak ayat-ayat Al-Quran yang digantung dan juga hadith nabi. Dalam almari orang alim itu dipenuhi dengan kitab-kitab agama feqah dan juga tasawwuf, keadaan rumah itu menggambarkan seolah-olah pewaris Nabi SAW. Hati kecil Raja Nuruddin masih bertanya: "Apalagi yang harus aku syaki? Kenapa Baginda Rasulullah SAW minta pertolongan dariku supaya dibebaskan dari kedua lelaki ini?"
Setelah merasa puas dengan selidikan di rumah tersebut Raja Nuruddin mengambil keputusan untuk keluar dari rumah tersebut, tetapi apabila baginda Raja hendak melangkah keluar dari rumah tersebut, datang ilham yang membuat beliau teringin benar untuk melihat sebuah permaidani yang sangat indah terbentang di sudut rumah. Raja Nuruddin merasa sangat kagum dengan keindahan dan kehalusan permaidani yang di anggap cukup mahal itu.
Raja Nuruddin tidak puas dengan melihat sahaja kecantikan permaidani tersebut, tetapi beliau membelek-belek permaidani tersebut. Sewaktu membelek permaidani itu Raja Nuruddin terlihat di bawah permaidani itu terdapat papan dan beliau berkata: "Eh, ada papan." Raja Nuruddin mulai curiga tentang papan itu, lalu baginda mengangkat papan itu perlahan-lahan, ternyata di bawah papan itu mempunyai sebuah terowong yang mempunyai tangga. Raja Nuruddin meneliti arah perginya terowong tersebut, akhinya beliau terkejut dan berkata: "Maasya Allah, terowong ini menuju ke arah kubur Rasulullah SAW." Kemudian Raja Nuruddin mengeluarkan arahan: "Tangkap kedua orang itu." Dengan terbongkarnya rahsia itu maka yakinlah Raja Nuruddin akan makna mimpinya itu, kedua lelaki yang menyamar sebagai alim itu adalah musuh yang hendak mencuri jasad Rasulullah SAW. Dengan terbongkarnya rahsia kedua orang itu, maka orang ramai pun datang untuk menyaksikan peristiwa di rumah orang alim itu.
Beberapa orang telah turun ke dalam terowong yang sangat jauh itu dan akhirnya mereka mendapati bahawa terowong yang digali oleh kedua orang itu sudah hampir benar dekat pada jasad Rasulullah SAW. Setelah mendapat kepastian dari orang yang masuk ke dalam terowong itu, orang ramai tidak tahan sabar lagi. Lalu kedua-dua mereka dipukul dengan teruk sekali, kemudian kedua mereka dibawa ke pengadilan. Dalam mahkamah keduanya berterus terang dengan berkata bahawa kedua-dua mereka telah tinggal di Madinah lebih dari setahun sebagai agen Yahudi. Orang-orang Yahudi memberi perbelanjaan yang cukup banyak pada keduanya untuk tujuan mencuri jasad Rasulullah dari kuburnya, tujuannya ialah apabila jasad Rasulullah berada di tangan Yahudi mereka dengan mudah dapat merendahkan martabat Kekasih Allah dan seterusnya menghina umat Islam. Umat Islam di Madinah rasa tertipu oleh kedua orang Yahudi itu, akhirnya kedua orang Yahudi itu dijatuhi hukuman mati.
Raja Nuruddin sujud syukur kepada Allah SWT kerana tugas yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepadanya telah berjaya diselesaikan dengan berkat hidayah dan pertolongan-Nya. Untuk mengelakkan supaya kejadian seperti itu tidak berulang lagi, Raja Nuruddin memerintahkan supaya ke empat penjuru sekeliling kubur Rasulullah dipagar dengan kongkrit sampai ke bawah tanah. Sebelum Raja Nuruddin berlepas dari Madinah sekali lagi beliau bermimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW, kali ini Rasulullah merangkul dan memeluk leher beliau. Apabila telah tiba masanya Raja Nuruddin hendak meninggalkan kota Madinah, beliau memberi taklimat terakhir kepada penduduk Madinah akan kejahatan dan dendam orang Yahudi terhadap Islam, dendam orang Yahudi terhadap Islam akan berterusan. Raja Nuruddin pun kembali ke Mosul dengan diiringi doa dan air mata oleh sekalian rakyat yang mencintainya.

Tuesday, March 23, 2010

Siri 1: Masyarakat ITIK


Model masyarakat dapat kita kiaskan kepada beberapa jenis makhluk yang Allah swt jadikan. Semua makhluk Allah -tidak terkecuali- sebenarnya bermanfaat kepada manusia sebagai bahan renungan dan pengajaran.Banyak pengajaran dapat dikutip daripada cerita-cerita binatang dalam versi lama dan baru. Dalam tulisan terdahulu, saya telah bercerita tentang SANG SEMUT yang amat unik kejadiannya...hingga Allah menamakan salah satu SURAH Al-Quran dengan namanya -An-Namlu- mungkin kerana keunikannya dan kehebatannnya juga demi memberi pelajaran kepada manusia yang berakal.

ITIK ialah nama biasa untuk spesies daripada famili Anatidae dan kelas burung. ITIK kebiasaannya ialah burung akuatik, lebih kecil daripada saudaranya iaitu swan dan angsa, dan boleh ditemui di air tawar dan laut.

ITIK dipelihara untuk daging atau telurnya. Di Malaysia, negeri utama pengeluar telur ITIK ialah Kedah, Perlis dan Pulau Pinang.

Kebanyakan ITIK mempunyai paruh yang rata dan lebar untuk menyudu. ITIK makan pelbagai jenis makanan seperti rumput, tumbuhan akuatik, ikan, serangga, amfibia kecil, cacing dan moluska kecil.

ITIK-ITIK yang banyak boleh kita anggap ia adalah Masyarakat ITIK.

Mari baca kisah ITIK menurut Cikgu Naim dalam Dikir Baratnya:

dengar lah molek molek
ambo nak royat kisah itik
lagu ambo bunyi pelik
tapi kalu dengar pikir baik baik

itik kaki jelepek
mulut sudu belakang pulak lentik
jale napok bergolek
tok ime tengok pun jadi ralit

bla laah..

sapo tak kenal itik
ala tuan tanda nak mati
kalu tempat mengatik
ala tuan ore pakat cari

la la lala laa lala laaa laa
ini kisah itik

kalu perhati tengok
itik jauh beza dengan ayam
itik tino tubuh montok
itik jantan tubuh nak panjang

palo itik licin minyok
buleh kerat buat perhiasan
cuma perangai jah tadok gamok
berehi mena main bawah jemoran

bla lahh..

loni dengan dulu ala tuan
itik beza perangai
itik dulu malu ala tuan
zaman lani rok raai

la la lala laa lala laaa laa
ini kisah itik

itik berehi bertelor
tapi perangai malas mengeram
lepas telor tinggal rata
celah rumput dale rok lalang

ado jugak manusia dengan itik
perangai lebih kurang
lepas beranak tohok rata
tepi parit kot birai longkang

bla lahh..

gejala buang anak ala tuan
banyak benar terjadi
manusia tergamok ala tuan
bunuh anak sediri

la la lala laa lala laaa laa
ini kisah itik

kelemahan itik kampung
apa bila masuk ke bandar
kade kade nye cucuk hidung
rambut hitam dia kalar hijau

tak pakai dah kain sarung
sakat mana dia kenal seluar
kade kade di kuala lumpur
tok lebai tgk sampai cabut semutar

bla lahh

bakpo gak gini jadi ala tuan
kita orang melayu
gaya mana mari ala tuan
bangsa kita tiru

la la lala laa lala laaa laa
ini kisah itik

tabiat puak itik
dia suka bergaul bebas
tunang orang pun dia kilik
bini ore pon dia kebas

sabit ramai kena penyakit
akibatt kerana ambik dadah
dey kena penyakit aids
ibu bapak nyawa tak puas

bla lah

manusia hari ini ala tuan
lupa dosa pahala
kita ore mukmin ala tuan
ingat syurga neraka

la la lala laa lala laaa laa
ini kisah itik

Masyarakat ITIK mencerminkan masyarakat yang mengikut ketua secara membuta tuli tanpa berfikir. Seekor berak, semua ikut berak. Seekor berhenti, semua yang lain berhenti....

Pesanan saya, jangan jadi macam masyarakat ITIK....

Thursday, March 18, 2010

Maulidun Nabawi dan Baitul Muslim


Maulidur Rasul saw adalah kelahiran pemimpin rumahtangga muslim pertama dalam risalah terakhir, bahkan ia sebagai model terbaik, uswah hasanah kepada pemimpin dalam sebuah rumahtangga sepanjang zaman dan tempat berkaitan perkara kecil maupun besar.

Rumahtangga muslim bagi Rasulullah saw

Pernikahan Rasulullah saw adalah unik lagi unggul. Keunikannya terkandung pada kedua-dua belah pihak; matlamat, hasil dan kesannya. Kedua-dua pihak terlalu unik untuk diperkatakan. Pihak pertama ialah Muhammad bin Abdullah; makhluk terbaik, nabi dan rasul penyudah,pemimpin ummah di hari Akhirat. Pihak kedua ialah Khadijah binti Khuwailid; ummul mu'minin, daripada nasab keturunan mulia, matlamatnya ialah berbentuk 'risalah', hasilnya ialah penyebaran risalah terakhir. Dia (Rasulullah saw) adalah contoh terbaik bagi semua kaum muslimin sepanjang zaman.

Antara sifat rumahtangga Rasulullah saw

1. Mawaddah dan Rahmah:

Rasulullah saw adalah insan terbaik dalam pergaulan, kasih sayang dan rahmah ke atas isterinya."خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلي
"Sebaik-baik kamu ialah orang berkelakuan baik ke atas isterinya dan saya adalah yang paling baik di kalangan kamu terhadap isterinya".
Kita dapat melihat betapa kasih dan setianya baginda kepada Khadijah -radhiallahu 'anha- Pernah berlaku Rasulullah saw menyebut namanya selepas wafatnya, lalu sebutan itu dicemburui oleh Aisyah -radhiallahu 'anha- seraya berkata: "Tidaklah dia (Khadijah) malainkan seorang yang telah berusia dan Allah swt telah menggantikannya dengan yang lebih baik?" Lalu Rasulullah saw menjawab: "Tidak sekali-kali tidak, Allah swt tidak menggantikan dia orang yg lebih baik daripadanya!, dia telah beriman denganku ketika manusia kufur, dia telah membenarkan aku ketika manusia mendustaiku, dia telah mengorbankan hartanya ketika manusia loket terhadapku dan Allah swt memberi rezeki anak-anak daripadanya, tidak daripada yang lain".

2. Pergaulan yang baik (makruf):

Pergaulan Rasulullah saw dengan isterinya disulami dengan keadilan,makruf dan taqwa..وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
"Dan mereka itu (para wanita)mempunyai hak seimbang dengan kewajipannya menurut cara yang patut".(Surah Al-Baqaroh ayat 228)
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
"Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut". (Surah An-Nisa' ayat 19)

Sesungguhnya ia adalah keadilan dalam hak dan kewajipan..
تطعمها إذا طعمت، وتكسوها إذا اكتسيت، ولا تضرب الوجه ولا تقبح، ولا تهجر إلا في البيت
"Kamu memberi makan kepadanya apa yang kamu makan, memberi pakaian kepadanya sama seperti apa yang kamu pakai, jangan kamu memukul mukanya dan jangan menghinanya, jangan kamu berpisah dengannya kecuali dalam rumahnya sahaja".

Adalah Ibnu Abbas -radhiallahu 'anhuma- sentiasa berhias untuk isterinya sebagaimana dia mahu isterinya berhias untuknya.Hinggakan sifat ini semestinya dipelihara sekalipun bahtera rumahtangga ini akan berpisah, ianya mesti diakhiri dgn jalan terbaik juga.

فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلاً
Maka kemarilah agar ku berikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik..(Surah al-Ahzab ayat 28)

فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ
Maka apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, maka rujuklah (kembali kepada) mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik.. (Surah At-Tolaq ayat 2)

3. Kerjasama kedua-dua suami isteri untuk sebarkan dakwah:

Ketika Nabi saw diutus menjadi Rasul, Sayyidah Khadijah adalah orang pertama yg beriman dgn Allah dan RasulNya. Khadijah membenarkan apa yg dibawa oleh Nabi daripada tuhannya, dia telah membantu meringankan urusannya. Apabila baginda menerima penghinaan drp puak musyrikin quraish, Khadijahlah yg mententeramkannya hatta thabatlah dakwahnya, ringanlah penderitaannya dan baginda mampu berhadapan dgn kerenah jahat kaum kafir quraish. Rasulullah saw amat menggalakkan kedua-dua suami isteri bekerjasama untuk ketaatan. Sabdanya:

رحم الله رجلاً قام في الليل فصلى وأيقظ امرأته، فإن أبت نضح في وجهها الماء، ورحم الله امرأة قامت من الليل فصلت، وأيقظت زوجها، فإن أبى نضحت في وجهه الماء

Allah merahmati seorang lelaki(suami) yang bangun malam, lalu bersolat dan mengejutkan isterinya, bila si isteri enggan bangun, maka direnjiskan air ke mukanya. Allah merahmati seorang wanita (isteri)yang bangun malam, lalu bersolat dan mengejutkan si suaminya, bila si suami enggan, maka direnjiskan air ke mukanya pula..

4. Memelihara rahsia rumahtangga

Rasulullah saw menggesa agar kedua suami isteri menjaga rahsia satu sama lain (rahsia tetap rahsia)dan menegaskan ia (buka rahsia) dari amalan syaitan.

فعن أسماء بنت يزيد- رضي الله عنها- (أنها كانت عند رسول الله والرجال والنساء قعود عنده فقال: "لعل رجلاً يقول ما يفعل بأهله، ولعل امرأة تخبر بما فعلت مع زوجها"، فأزمَّ- سكت- القوم، فقلت: أي والله يا رسول الله إنهن ليقلن، وإنهم ليفعلون، قال: "فلا تفعلوا، فإنما مثل ذلك مثل الشيطان لقي شيطانة في الطريق فغشيها، والناس ينظرون" رواه أحمد

Daripada Asma' bt Yazid -radhiallahu 'anha- Bahawa ketika dia bersama para lelaki dan wanita berkumpul dalam majlis nabi, lalu baginda bersabda: "Bolehjadi seorang lelaki akan buka rahsia apa yang dilakukan kepada si isterinya, begitu pula sebaliknya". Semua berdiam diri, lalu saya berkata: "Demi Allah wahai Rasulullah sesungguhnya yg demikian itu benar-benar berlaku". Lalu nabi bersabda: "Jangan kamu lakukan sedemikian itu! Perumpamaan kelakuan demikian samalah seperti seekor syaitan jantan bertemu dgn yg betina di jalanan, lalu dia berkelakuan tidak senonoh, sedang khalayak ramai menyaksikan perbuatan tersebut". (Riwayat Ahmad)

Rasulullah saw sebagai seorang ayah

Rasulullah saw amat bergembira dengan kelahiran anak-anak perempuannya.Bila anakandanya Fatimah RA dilahirkan, baginda memberkati dan menyambutnya, lalu menamakannya Fatimah, baginda menggelarnya dengan Az-Zahra' dan digelar juga dgn Ummu Abiha. Ummul Mukminin Khadijah bt Khuwailid RA apabila melahirkan seorang anak, dia akan mencari ibu susuan di perkampungan yg jauh bertujuan membesarkan mereka supaya memiliki lidah yg fasih dan bersikap berani seperti adat kebiasaan kaum quraish.

Petunjuk Rasulullah saw untuk membina rumahtangga muslim

Bapa bertanggungjawab mengahwinkan anak perempuannya dengan lelaki yg sesuai (kufu)..
Kufu di sini maksudnya beragama dan berakhlak..Sabda Nabi saw:

إذا أتاكم من ترضون خلقه، ودينه فزوجوه، إن لا تفعلوا تكن فتنة في الأرض وفساد عريض
Apabila datang kepada kamu seorang yg kamu redhoi dari sudut akhlak dan agamanya, maka kahwinkanlah dia, jika tidak maka akan berlaku fitnah dan kerosakan di bumi.
(Riwayat Tirmizi)

Rasulullah saw telah mengahwinkan anak-anak perempuannya dengan para lelaki terpilih: Zainab RA dengan Abi al-As bin Rabi' (anak saudara sebelah ibunya iaitu Halah bt Khuwailid. Abu al-As adalah daripada kalangan lelaki yg terkenal; berharta,amanah dan usahawan berjaya di Mekah. Nabi saw mengahwinkannya dgn anaknya Zainab RA atas cadangan Khadijah bt Khuwailid RA kerana percayakan kebijaksanaan Khadijah, lagipun Abi al-As dianggap seperti anaknya sendiri.

Nabi saw mengahwinkan anaknya Ruqayyah dgn Othman bin Affan RA iaitu khalifah yg bersifat zuhud, kaya,pemurah dan pemalu. Akhlak paling menonjol padanya ialah 'pemalu'. Nabi saw terhadap sifat tersebut dlm sabdanya:
إن عثمان رجلٌ حييّ
Sesungguhnya Othman adalah seorang lelaki 'pemalu'.
ألا أستحي من رجل تستحي منه الملائكة
Ketahuilah bahawa aku amat malu terhadap lelaki yg terasa malu bila berhadapan dgnnya oleh para malaikat. (Riwayat Muslim)

Nabi saw amat kasih kepadanya. Apabila Roqayyah wafat -RA-, nabi mengahwinkan Othman RA dgn Ummi Kalthum RA dan apabila Ummi Kalthum wafat nabi saw bersabda:
"Kalau ada lagi anak perempuanku, nescaya aku akan kahwinkan Othman dgnnya."

Nabi saw mengahwinkan Fatimah RA dgn Ali bin Abi Talib RA, iaitu sepupunya. Dia adalah kanak-kanak pertama yg beriman dgn nabi saw. Ali RA dibesarkan di rumah nabi saw sebelum Islam. Dia tetap bersama nabi saw sehingga baginda diutus menjadi rasul.

Mas kahwin anak-anak perempuan Nabi saw

Nabi saw mengahwinkan anak-anak perempuannya dengan cara yang memudahkan -maskahwin tidak membebankan-. Selepas bersetuju untuk mengahwinkan Ali RA dgn Fatimah, Nabi saw bertanya Ali RA: "Berapa nilai maskahwin mu wahai Ali?" Ali menjawab aku tiada apa-apa untuk dijadikan belanja maskahwin. Lalu Nabi saw bertanyakan perisai yg telah dihadiahkannya kepada Ali RA dahulu. Nabi saw menyuruh Ali RA jadikannya sebagai maskahwin. Maka berkahwinlah Ali RA dgn hantaran maskahwin perisai berkenaan yg bernilai 400 dirham. (Riwayat Ibnu Sa'ad di dalam at-Tabaqat)
Itulah maskahwin anak perempuan Nabi saw yg menjadi isteri kepada khalifah ke4 khulafa' ar-Rasyidin.

Ayahanda yang pengasih

Ketika Nabi saw hendak keluar ke medan peperangan Badar, Ruqayyah RA sedang menderita sakit. Maka Nabi saw memerintahkan Othman bin Affan (suaminya) tinggal bersama Ruqayyah RA di Madinah untuk merawatnya.Bukan itu sahaja, malah Nabi saw menetapkan sebahagian dari harta ghanimah Badar kepadanya di samping pahala yg besar di Hari Qiamat.

Ujian seorang ayah melalui anak-anak

1- Anak-anaknya diceraikan kerana Islam:

Dua anak Nabi saw iaitu Ruqayyah dan Ummi Kalthum diceraikan oleh Utbah dan Utaibah (anak Abu Lahab)secara zalim; tiada sebab lain kecuali kedua-duanya telah beriman dgn apa yg dibawa oleh Nabi saw.Bila turunnya ayat mencela Abu Lahab (Surah al-Masad), Abu Lahab lantas memerintahkan kedua anaknya menceraikan kedua-dua anak Nabi saw. Ruqayyah dan Ummi Kalthum kekal beriman dan Allah swt gantikan untuk kedua-duanya suami yang lebih baik daripada dua anak Abu Lahab tersebut.

2- Kematian anak-anak perempuannya:

Kadang-kadang berlaku seorang bapa itu diuji dengan kematian anak-anaknya. Allah swt berfirman:
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمْ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لا يُفَرِّطُونَ
Dan Dialah penguasa mutlak atas semua hambaNya, dan diutusNya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila kematiandatang kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya.
(Surah al-An'am ayat 61)
Nabi saw diuji oleh Allah menghadapi ujian yg berat ini, anak-anaknya Ruqayyah dan Ummi Kalthum meninggal. Nabi saw menguruskan sendiri jenazah anak-anaknya itu.

Rumahtangga Nabi saw dan khadam (orang gaji)

فعن أنس بن مالك رضي الله عنه قال "خدمت رسول الله صلى الله عليه وسلم عشر سنين والله ما قال لي أفٍ قط، ولا قال لي لشيء لم فعلت كذا؟ وهلا فعلت كذا"

Daripada Anas bin Malik RA berkata: 'Saya telah berkhidmat kepada Rasulullah saw selama 10 tahun, demi Allah! Rasulullah saw tidak pernah bercakap kasar denganku sekalipun dgn berkata 'ah', baginda tidak pernah persoalkan kenapa aku buat begini dan begitu!? Hendaklah kamu buat begini...'

Rasulullah saw adalah model terbaik bg umatnya. Sekalipun umatnya tidak mampu untuk mencapai kesempurnaan tersebut, sekurang-kurangnya mereka mampu mengukurnya..

Rumahtangga Nabi saw dan jiran tetangga

Para sahabat RA banyak mengambil pelajaran daripada Nabi saw dalam bermuamalat bersama jiran dgn cara terbaik. Ada orang menyembelih kambing lalu disedekahkan kpd Abdullah bin Amru. Abdullah RA berkata: 'Aku hadiahkan sebahagiannya kepada jiran saya yg yahudi itu'. Orang tadi bertanya kenapa kepada yahudi pun kamu hadiahkan? Lalu dia berkata yg dia pernah mendengar Nabi saw bersabda:
ما زال جبريل يوصيني بالجار حتى ظننت أنه سيورثه
'Jibril senantiasa berwasiat kepadaku tentang jiran sehingga aku menyangka dia boleh mewarisi harta-harta ku'. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Akhirnya....

Marilah kita bertanya diri kita masing-masing sejauhmana kita telah mengikuti apa yg telah dilaksanakan Nabi saw dlm rumahtangganya...

Harapan kita semoga bersempena Maulidur Rasul kali ini dpt mengembalikan rumahtangga kita semua menjadi lebih Islamik dgn syiar baru 'Rumahtanggaku berdasarkan manhaj Rumahtangga Nabi saw' -pada kasih sayang, tolong menolong,ithaar, taat, sebaran dakwah, rahmah kpd khadam, hormat kpd jiran, memudahkan tanpa menyulitkan dlm hal menentukan maskahwin, sabar dlm menghadapi ujian dan sebagainya.

Ingatlah bahawa rahsia perbezaan rumahtangga muslim terletak pada keistimewaan risalah Islam itu sendiri.