Wednesday, June 24, 2009

Perspektif Al-FAHMU Yang Diperlukan Atas Setiap Ikhwah

Dalam Rukun Bai’ah yang sepuluh Imam Syahid Hasan Al-Banna meletakkan rukun Al-Fahmu pada urutan pertama dan menjadi asas kepada amal yang dilakukan oleh seorang ikhwah, jika al-fahmu dapat dikuasai maka seseorang ikhwah tidak akan sukar lagi untuk memahami Islam secara menyeluruh seperti yang difahami oleh gerakan Ikhwanul Muslimin dan memahami apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang ikhwah dalam berbagai langkah dan kehidupannya bersama gerakan Ikhwanul Muslimin.

Banyak pihak yang mempersoalkan mengapa Imam Syahid Hasan Al Banna mendahulukan pemahaman dalam Arkanul Bai’ah ini. Ustaz Dr. Yusuf Al Qaradhawi menjelaskan bahawa urutan yang dibuat oleh Imam Syahid Hasan Al Banna sudah tepat kerana beliau tahu betul urutan keutamaan, mendahulukan apa yang harus didahulukan.

Urutan keutamaan dalam memperjuangkan Islam amat sayugia diperhatikan. Hal ini jelas, yang hampir tidak seorangpun di antara para pemikir di kalangan umat Islam yang memperselisihkannya. Dengan menentukan apa yang utama dalam melakukan kegiatan dakwah, tarbiyah dan gerakan ini yang keseluruhannya adalah merupakan unsur utama bagi setiap usaha memenangkan Islam. Atau penghidupan kembali manhaj Islam dalam diri manusia, akan terwujudlah kebangkitan dan kebangunan di seluruh wilayah Islam sebagaimana yang kita saksikan ketika ini.

Beliau menjelaskan fungsi pemahaman, pemikiran harus mendahului gerakan, gambaran yang benar merupakan pendahuluan dari perbuatan yang lurus. Kerana ilmu merupakan bukti keimanan dan jalan menuju kebenaran. Para ahli sufi juga menentukan tertib; ilmu akan membentuk sikap, sikap akan mendorong perbuatan. Sebagaimana kenyataan pakar psikologi yang menyatakan ada kaitan rapat antara pengetahuan, emosi dan perbuatan.

Prinsip Al Fahmu dengan 20 usulnya merupakan deklarasi bahawa Islam adalah solusi. Kerana Islam adalah solusi maka kaedah-kaedah yang ada dalam Al Fahmu ini akan menjadi kaedah dasar dalam melakukan segala aktiviti. Sama halnya yang telah diterangkan pada prinsip pertama dalam rukun Al-Fahmu ini tentang Syumuliatul Islam:

“Islam adalah sistem yang syamil (menyeluruh) mencakup seluruh aspek kehidupan. Ia adalah Negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang2, ilmu pengetahuan dan hukum, material dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, serta pasukan dan pemikiran. Sebagaimana ia juga aqidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang tidak lebih”

Usul pertama ini mengajarkan kepada kita bahawa aktiviti kita sehari-hari bukan hanya aktiviti semua yang tidak berlandaskan pada Islam. Setiap muslim harus menyedari, mengetahui, meyakini dan mengamalkan Islam sesuai dengan kebesaran Islam itu sendiri. Sehingga semua permasalahan kehidupan baik yang bersifat peribadi dan yang lebih besar daripada itu disandarkan pada peraturan Islam.

Tidak ada pemisahan antara agama dan negara, seperti ungkapan ,” berikanlah hak negara kepada raja, dan berikanlah, hak agama kepada Tuhan.” Tidak akan pernah ada sekularisme dan liberalisme dalam pemikiran dan aktiviti lainnya di muka bumi ini. Dan hal ini selari dengan firman Allah yang memerintahkan umat Islam untuk masuk ke dalam agama Islam secara menyeluruh.

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Al-Baqarah:208)

Pembahasan mengenai Rukun Al Fahmu dan 20 Usul ini sudah banyak sekali bertebaran di buku-buku yang ditulis oleh para pewaris Dakwah Imam Syahid Hasan Al Banna. Inti dari landasan Syar’i aktiviti berlandaskan Rukun Al Fahmu dapat kita ketahui di akhir rukun Al Fahmu ini Imam Syahid Hasan Al Banna menutupnya dengan kata-kata:

“Apabila saudaraku Muslim mengetahui agamanya dalam kerangka usul-usul tersebut, maka ia telah mengetahui makna dari Syi’arnya : Al Qur’an adalah undang-undang kami dan Rasul adalah Teladan kami. Artinya kerangka aktiviti hidup kita di dunia harus selalu berada dalam pedoman Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.

Urgensi Al-Fahmu

Al-Fahmu dalam diri setiap ikhwah adalah suatu keniscayaan, sebab ia dapat membantu keselamatan amal, baiknya penerapan dan memelihara pelakunya dari ketergelinciran.

Umar bin Abdul Aziz berkata: “Barangsiapa yang beramal tanpa didasari ilmu, maka unsur merosaknya lebih banyak daripada maslahatnya”. [Sirah wa manaqibu Umar bin Abdul Aziz, Ibnu Al-Jauzi; 250]

Orang yang ikhlas beramal tetapi tidak memiliki pemahaman yang benar dan tidak mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya mungkin akan tersesat jauh. Rasulullah saw bersabda:

فقيه واحد أشد على الشيطان من ألف عابد

“Satu orang faqih itu lebih berat bagi syaitan daripada seribu ahli Ibadah” [At-Tirmidzi: 5/46. Nomor:2641]

Umar bin Al-Khattab juga berkata: “Kematian seribu ahli ibadah yang selalu shalat malam dan berpuasa di waktu siang itu lebih ringan daripada kematian orang cerdas yang mengetahui hal-hal yang dihalalkan dan diharamkan oleh Allah”. [Jami' bayanil ilmi wal fadhlihi; Ibnu Abdul Barr: 1/26]

Rasulullah saw bersabda: “Semoga Allah memberi kecerahan pada wajah seseorang yang mendengar hadis daripadaku, lantas ia menghafalkannya hingga dapat menyampaikan kepada orang lain. Sebab kadang-kadang seseorang membawa suatu pemahaman (ilmu) kepada orang yang lebih faham. Dan kadang-kadang orang yang membawa sebuah ilmu bukan pula ulama.” [Abu Daud: 3/321. No. 3660 dan At-Tirmidzi: 5/33. No. 2656]

Allah SWT melebihkan seorang nabi yang lain kerana kedalaman pemahaman yang dianugerahkan kepadanya. Allah SWT berfirman: “Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat) dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu”. (Al-Anbiya:79)

Ibnu Abbas dimuliakan sekalipun masih muda usianya, melebihi kebanyakan tokoh-tokoh senior lainnya, kerana pemahaman yang baik yang dikurniakan Allah kepadanya. Sehingga, ia berhak menjadi anggota Majlis Syura Amirul Mukminin Umar bin Khattab di masa itu.

Oleh karena itu wahai saudaraku, berusahalah memiliki pemahaman yang benar dan cermat. Pemahaman yang mencapai dasar urusan dan menempatkan sesuatu pada tempatnya, tanpa berlebih-lebihan dan tanpa meremehkan. Juga pemahaman yang jernih lagi murni. Sebab, barangsiapa yang dikurniakan oleh Allah pemahaman yang benar, maka ia telah mendapatkan kurnia yang banyak, keutamaan yang besar terhindar dari ketergelinciran dan terjaga dari penyimpangan.

Ibnu Al-Qayyim berkata: “Benarnya pemahaman dan baiknya tujuan merupakan nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bahkan, hamba tidak dikurnia nikmat yang lebih utama setelah nikmat Islam melebihi kedua nikmat tersebut. Dua nikmat itu merupakan dua kaki dan tulang punggung Islam. Dengan keduanya, hamba terhindar dari jalan-jalan orang-orang yang dimurkai (yaitu orang-orang yang buruk tujuannya), dan dari orang-orang yang sesat (yaitu orang-orang yang buruk pemahamannya), serta akan menjadi orang-orang yang diberi nikmat (yaitu orang-orang yang baik pemahaman dan tujuannya). Merekalah orang-orang yang terbimbing di jalan yang lurus, di mana kita semua diperintahkan memohon kepada Allah dalam setiap shalat agar dibimbing ke jalan mereka.

Benar pemahaman merupakan cahaya yang disemayamkan oleh Allah dalam hati hamba-Nya. Dengannya ia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk; yang hak dan yang batil; petunjuk dan kesesatan penyimpangan dan kelurusan..” [A'alamul Muwaqqi'in; Ibnu Al-Qayyim: 1/187]

No comments: