Tuesday, October 23, 2012

Rabbaniyah di 10 Hari Bulan Dzulhijjah


Tulisan: Fadhilatul Ustadz Muhammad Hamid Aliwah
Terjemahan: Ustaz Musyafa' Rahim




 ‫الحمد لله وحده، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده؛ سيدنا محمد بن عبد الله،

 وعلى آله وصحبه ومن والاه، وبعد..


Hari-hari hilal bulan Dzulhijjah menemui kita. Hari-hari musim kebaikan
kembali menghampiri kita. Bulan penuh berkah dan limpahan kebaikan berisikan
keutamaaan kewajiban agama. Yaitu kewajiban berhaji dengan manasik,
perjalanan iman dan ibadah, makna pengorbanan, pengabdian, jihad dan mujahadah.

Sepanjang kehidupan seorang muslim penuh istimewa dengan berbagai amal
shalih, ibadah-ibadah yang dianjurkan, keta’atan sepanjang waktu, perjalanan
menuju Allah Azza wa Jalla, tanpa ada kemalasan, keberatan, futur dan
berhenti. Artinya bahwa kehidupan seorang muslim hendaknya semuanya berupa
ibadah, keta’atan, amal sholeh yang mengantarkan dekat dengan Allah Azza wa
Jalla.Inilah, jamuan Allah kami persembahkan di hari-hari istimewa, hari 10 Dzulhijjah. Dari Muhammad bin Masalah Al-Anshari ra. berkata, Rasulullah bersabda:

 ‫“إِنَّ لِرَبِّكُمْ فِي أَيَّامِ دَهْرِكُمْ نَفَحَاتٍ، فَتَعَرَّضُوا لَهُ،
 لَعَلَّهُ أَنْ يُصِيبَكُمْ نَفْحَةٌ مِنْهَا، فَلا تَشْقَوْنَ بَعْدَهَا
أَبَدًا” (رواه الطبراني في الكبير).

 “Sesungguhnya bagi Tuhan kalian di hari-hari sepanjang tahun kalian ada
nafahat –tiupan atau jamuan-, maka mendekatlah kepadanya, boleh jadi tiupan
 itu akan mengenaimu, sehingga kalian tidak akan pernah celaka selamanya.”
HR. At-Thabrani

 Mendekat pada tiupan kasih sayang Allah dengan memperbanyak doa dan meminta
 pada waktu-waktu utama tersebut, dikarenakan waktu-waktu tersebut waktu yang
 mustajab, sebagaimana waktu tersebut menjadi kesempatan untuk taqarrub
 kepada Allah Allah Azza wa Jalla dengan berbagai macam ibadah yang
 mengantarkan seorang hamba meraih pahala dan kemuliaan taqarrub kepada-Nya.

Fadhilah 10 Hari Dzulhijjah

Banyak hadits yang menjelaskan fadhilah sepuluh hari ini. Di antaranya
diriwayatkan dari imam Al-Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi dan lainnya dari Ibnu
Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda:


 ‫“مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ


 فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ”

 فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: “وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ
 ذَلِكَ بِشَيْءٍ”

 “Tidak ada amal sholih yang lebih dicintai Allah dibandingkan pada hari
 sepuluh ini. Para sahabat bertanya; “Termasuk jihad fi sabilillah? Rasul
 bersabda: “Termasuk jihad fi sabilillah, kecuali seseorang yang keluar
 berperang dengan harta dan jiwanya dan tidak tersisa darinya sedikitpun
–meninggal-.”Dalam riwayat At-Thabrani:

 ‫“مَا مِنْ أَيَّامٍ يُتَقَرَّبُ إِلَى اللَّهِ فِيهَا بِعَمَلٍ أَفْضَلَ مِنْ
 هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ”،

“Tidak ada hari-hari yang lebih afdhal di mana taqarrub kepada Allah
dilaksanakan pada hari tersebut kecuali hari-hari yang sepuluh ini.”

 Menurut riwayat Ad-Darimi:

 ‫“مَا مِنْ عَمَلٍ أَزْكَى عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلاَ أَعْظَمَ
 أَجْراً مِنْ خَيْرٍ تَعْمَلُهُ فِي عَشْرِ الأَضْحَى”.

“Tidak ada amal yang lebih baik di sisi Allah Azza wa Jalla dan tidak juga
 lebih besar pahalanya dibandingkan sepuluh hari idul Adha.”Persepsi para
 sahabat bahwa jihad merupakan puncak ajaran Islam dan amal yang paling
 utama, sehingga mereka bertanya kepada Nabi saw. tentang amal shalih di
 hari-hari ini yang melebihi pahala dan derajat kewajiban jihad yang agung
 ini. Maka Nabi saw. menjelaskan bahwa jihad tidak mengalahkan amal shalih di
 hari-hari ini kecuali hanya kondisi satu saja, yaitu seorang berjihad dengan
 harta dan jiwanya, ia memperoleh syahadah dan hartanya habis, tidak tersisa
sedikitpun darinya.

 Kebutuhan Kita terhadap Rabbaniyah

 Umat Islam sekarang ini melewati hari-hari baru, matahari izzah dan
 kemuliaan umat kembali bersinar. Itu semua mewajibkan kita untuk menguatkan
 Rabbaniyah dan hubungan yang intens dengan Allah Azza wa Jalla, sebagai
 upaya untuk meraih pertolongan dan dukungan dari Allah Azza wa Jalla secara
 berkelanjutan. Pada tahapan ini kita semua membutuhkan tambahan taqarrub
 pada Allah, meminta pertolongan kepada-Nya, merendah diri di hadapan-Nya
 karena Allah Dzat Pemberi pertolongan. Kita menghadap kepada-Nya dengan
 sepenuh hati dan anggota tubuh kita. Jika demikian, di atas jalan ibadah
 kita ini sejatinya kita telah memperkuat qiyadah atau kepemimpinan manusia
 menuju Allah Azza wa Jalla, dengan terus meminta kekuatan dari-Nya. Qiyadah
 Rabbaniyah yang kita berusaha mewujudkan dalam diri kita. Kita beribadah
 kepada Pencipta kita dengan Rabbaniyah. Allah berfirman dalam surat
 Al-Hajj:41.

 ‫الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا
 الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ
 عَاقِبَةُ الأمُورِ (٤١)

 “(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi
 niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat
 ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah
 kembali segala urusan.”

Amaliyah Dalam Rangka Menghidupkan Rabbaniyah Pada 10 Dzulhijjah

Atas pijakan tersebut, kami ketengahkan beberapa amal dan kegiatan yang
hendaknya dilaksanakan pada hari-hari penuh berkah ini, mengajak orang lain
melaksanakannya, sehingga cakupan keta’atan meluas dan manusia menghadap
kepada Allah pada hari-hari penuh berkah ini. Dengan demikian, rahmat Allah
akan turun kepada kami, kepada negeri dan rakyat kami:

Pertama, mempersiapkan diri untuk menjemputnya. Menghadirkan niat baik untuk
bersungguh-sungguh melaksanakan keta’atan pada waktu tersebut. Sebelum itu,
hendaknya kembali mendekat kepada Allah dengan taubatan nashuha dan
mensucikan hati.

Kedua, berusaha untuk shalat berjama’ah tepat waktu di masjid pada hari-hari
ini. Berusaha dengan semangat menemui takbiratul ihram Imam artinya tidak terlambat takbiratul ihram imam, kemudian menjaga shalat sunnah qabliyah dan
bakdiyah 12 rakaat.

 ‫عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: “مَا
 تَوَطَّنَ رَجُلٌ مُسْلِمٌ الْمَسَاجِدَ لِلصَّلاَةِ وَالذِّكْرِ إِلاَّ
 تَبَشْبَشَ اللَّهُ لَهُ كَمَا يَتَبَشْبَشُ أَهْلُ الْغَائِبِ بِغَائِبِهِمْ
 إِذَا قَدِمَ عَلَيْهِمْ” رواه ابن ماجه.

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw.:

 “Tidaklah seorang muslim berangkat ke masjid untuk shalat dan dzikir,
 kecuali Allah akan merindukannya sebagaimana kerinduan orang yang lama tidak
 berjumpa kemudian ia kembali menemuinya.”  HR. Ibnu Majah

Ketiga, menjaga shalat nawafil harian, terutama shalat Dhuha, Witir dan
Qiyamullail. Dalam hadits Qudsi Allah berfirman:

 ‫
“مَن عادى لي وليًّا فقد آذنتُه بالحرب، وما تَقَرَّبَ إليَّ عبدي بشيء أَحبَّ
 إليَّ مما افترضتُهُ عليه، وما يزال عبدي يَتَقَرَّبُ إليَّ بالنوافل حتى
أُحِبَّه؛ فإذا أحببتُه كنتُ سَمْعَه الذي يَسمعُ به، وبَصَرَهُ الذي يُبصِرُ
 به، ويَدَهُ التي يَبطِشُ بها، ورِجْلَه التي يَمشِي بها، وإنْ سألني
 لأُعطِيَنَّه، ولئن استعاذ بي لأُعيذنَّه…“

 “Siapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya. Dan
 tiada mendekat kepada-Ku seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Ku sukai
 daripada menjalankan kewajibannya, dan hamba-Ku senantiasa mendekat
 kepada-Ku dengan melakukan sunnat-sunnat, sehingga Ku sukai. Maka apabila
 Aku telah kasih padanya, Akulah yang menjadi pendengarannya dan
 penglihatannya, dan sebagai tangan yang digunakannya dan kaki yang
dijalankannya, dan apabila ia memohon kepada-Ku pasti Ku-kabulkan, dan jika
berlindung kepada-Ku pasti kulindungi.” HR Bukhari

Keempat, khotmul Qur’an dengan membacanya minimal satu kali pada 10 hari
Dzulhijjah, artinya satu hari tiga juz

Kelima, shuam pada hari-hari tersebut sesuai kemampuan kita, minimal hari
Senin, Kamis dan hari Arafah. Siapa yang dikehendaki Allah shaum semuanya dengan sungguh-sungguh, maka pahalanya menjadi kewajiban bagi Allah atasnya,
dan itu merupakan keutamaan dari Allah yang diberikan kepadanya.

Keenam, berupaya untuk senantiasa berdzikir dan berdoa pada hari-hari ini,
terutama dzikir pagi dan petang, berusaha dzikir kondisi tertentu, do’a
khutmul Qur’an, dzikir mutlak (minimal 1000 perhari) seperti istighfar,
 tasbih, tahmid, tahlil, takbir dan memperbanyak shalawat atas nabi saw.

Ketujuh, hendaknya setiap muslim dan muslimah yang tidak berhaji
menghadirkan kewajiban haji di hatinya, merasakan manasik haji dan
syi’ar-syi’ar lainnya seakan-akan ia bersama mereka. Merasakan makna
pengorbanan,  pengabdian dan keta’atan.

Kedelapan, semangat dalam berdo’a pada hari-hari ini, dengan memperhatikan waktu-waktu mustajab setelah shalat, ketika sujud, ketika ifthor, sahur.
Jangan lupakan do’a untuk kemenangan dan kemajuan umat Islam keseluruhan,
terutama saudara-saudara kita di Suriah, Palestina, Burma dan negara-negara
minoritas Muslim agar kezhaliman diangkat dari mereka dan dijauhkan dari
bencana.

Kesembilan, infaq fi sabilillah, terutama sadaqah rahasia, karenanya
bisa memadamkan kemarahan Tuhan. Hendaknya setiap kita menyiapkan dana untuk
dikeluarkan dalam rangka kebaikan.

Kesepuluh, berusaha untuk ibadah di Masjid, yaitu berdiam diri antara waktu fajar sampai matahari terbit, minimal dua kali pada hari-hari ini. Rasul bersabda:

 ‫“من صلى الغداة في جماعة ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت
 له كأجر حجة وعمرة تامة تامة تامة” (رواه الترمذي وصححه الألباني).

“Siapa yang shalat shubuh berjamaah kemudian duduk mengingat Allah hingga
 matahari terbit kemudian shalat sebanyak dua rakaat, maka untuknya pahala
 sebagaimana pahala haji dan umrah yang sempurna, sempurna dan sempurna” HR.
Tirmidzi

Kesebelas, menghidupkan sunnah berkorban, berazam untuk melaksanakannya
dikarenakan fadhilah dan pahala yang besar. Rasulullah saw. bersabda:‫

 “ما عمل ابن آدم يوم النحر أحب إلى الله من إهراق الدم، وإنه ليؤتى يوم القيامة
 بقرونها وأشعارها وأظلافها، وإن الدم ليقع من الله بمكان قبل أن يقع بالأرض،
 فطيبوا بها نفسًا” رواه الترمذي وابن ماجه وصححه الألباني.

“Tidak ada amal yang dilakukan oleh anak Adam lebih disukai oleh Allah di
 hari korban selain dari mengalirkan darah (menyembelih qurban). Sesungguhnya
 korbannya itu di hari kiamat akan datang menyertai bani Adam dengan
tanduk-tanduknya, bulunya dan kuku-kukunya. Dan darah qurban tersebut akan
 menetes di suatu tempat (yang diridlai) Allah sebelum menetes ke bumi, maka
 relakanlah korban itu.” HR.Tirmidzi

Keduabelas, hendaknya seorang muslim menganjurkan keluarganya; istri dan anak-anaknya untuk menyambut jamuan Allah swt ini, membantu mereka untuk melaksanakan kebaikan dan keta’atan pada hari-hari ini, sehingga Rabbaniyah hidup di rumah kita. Dan hendaknya setiap muslim berusaha melaksanakan taujihat dan pesan-pesan ini di lingkungannya bersama teman-temannya, dengan tetangganya dan menganjurkan mereka melaksanakannya, karena: “Siapa yang menunjukan kebaikan baginya pahala persis seperti orang yang melakukannya” sehingga manfaatnya meluas dan suasana keta’atan melingkupi semua umat Islam. Dengan demikian kita telah menghidupkan Makna Rabbaniyah pada diri kita, keluarga kita, masyarakat kita dan umat Islam.“Ya Allah, karuniakan kepada kami keikhlasan dalam perkataan dan perbuatan, saat sendiri atau
dalam keramaian. Karuniakan kepada kami perkataan baik dan benar saat ridha atau ketika marah. Ya Allah, jadikan kami orang-orang yang menikmati jamuan-Mu di hari-hari yang baik ini. Dan do’a akhir kami bahwa segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.” [io]




No comments: